Sabtu, 08 Juni 2013

Gadis Cosplayer

Hari minggu siang matahari di atas kota Depok itu begitu terik menyengat. Dimas baru saja turun dari sebuah bus penghubung antar kota. Ia berdiri di hadapan gerbang sebuah perguruan tinggi ternama di kota Depok.
“Fuh.. sampai juga” ujarnya sembari membasuh keringat di pelipisnya.

            Dimas berjalan memasuki areal kampus tersebut menuju sebuah tempat dimana di dalamnya banyak terdapat stand-stand dan banner bertuliskan “Japan Matsuri 2012”. Hari itu memang sedang diselenggaraka festival kebudayaan Jepang di kampus itu, dan hari minggu itu merupakan hari terakhir. Dimas berjalan di antara kerumunan orang-orang yang memadati festival itu menuju suatu tempat. Dari kejauhan terdengar musik Jepang yang dimainkan dari arah ia menuju yaitu panggung utama, tempat live music untuk melihat penampilan mereka.

            Tiba di depan panggung itu Dimas mengeluarkan sebuah kamera DSLR dari tasnya. Ia mulai beraksi mengabadikan suasana di sekitar sana. Tidak hanya aksi band yang tampil dengan mengcover lagu-lagu Jepang ia juga megnabadikan suasana sekitarnya, penonton dan beberapa orang cosplayer yang mengenakan kostum ala Shinigami berdiri di depan panggung.

            Hari sudah semakin sore, ketika tiba giliran cover band favoritnya yang tampil ia mengambil tempat sedikit ke samping panggung agar lebih leluasa memotret.

“Volcanoes Vs.. ini dia cover band yang keren banget” ujarnya bergumam sendiri dalam hati sambil terus menjepret aksi band yang membawakan lagu-lagu keras dari MUCC tersebut. Ia kemudian memutar arah kameranya ke penonton yang juga sedang asik menikmati musiknya. Mendadak ia terpaku pada sosok seorang cosplayer perempuan yang berdiri lumayan jauh dari kerumunan penonton. Ia mengenakan kostum seifuku berwarna putih dengan tambahan dasi biru muda, rok sekolah berwarna merah bermotif kotak rambutnya yang dikepang dua dirias dengan bando biru, ia juga mengenakan kacamata. Mideru, itulah kesan yang didapat saat pertama melihatnya.

            Secara tidak sengaja Dimas menekan shutter kameranya, ia sempat terpaku cukup lama memandang gadis cosplayer yang wajahnya sedikit murung itu sebelum sang gadis menyadarinya, ia menatap ke arah Dimas. Wajahnya tampak kesal, ia kemudian berbalik arah dan pergi meninggalkan tempat itu. Dimas tertegun, tidak ada maksud untuk mengambil gambar gadis itu secara diam-diam, ia hanya tidak sengaja menekan shutter kamera ketika sedang memotret suasana penonton. Ia merasa tidak enak hati telah membuat gadis cosplayer itu tidak nyaman. Ia berniat mengejarnya untuk minta maaf tapi sudah keburu menghilang di tengah kerumunan orang yang begitu padat.

***

            Sebulan sudah berlalu sejak peristiwa itu, Dimas kini berada di festival lainnya yang lebih besar dan lebih meriah. Festival itu berada tepat di jantung ibukota Jakarta, yaitu di kawasan monumen nasional. Seperti biasanya dia baru datang di hari terakhir ketika penampilan band yang membawakan lagu-lagu Jepang lebih banyak tampil. Ia memang gandrung terutama dengan lagu-lagu rock dari negeri sakura itu. Saat itu masih sekitar jam dua siang, ia memutuskan untuk berputar-putar melihat stand-stand yang menjual aneka barang yang berbau Jepang.

            Ketika melewati sebuah stand yang menjual poster salah satu anime kesukaannya ia terkagum-kagum menatap poster itu sambil terus berjalan tanpa menyadari di depannya ada seorang cosplayer berjalan berhadapan, yang juga tidak melihat ke arah depan. Kontan saja keduanya bertubrukan dengan keras. Gadis itu terjatuh ke tanah.

“Ah.. maaf.. maaf” Dimas gelagapan ia segera membantu gadis itu berdiri.
“Iya.. tidak apa-apa, maaf aku juga tidak melihat” kata gadis cosplayer itu. Ia tampak mengenakan yukata berwarna biru dengan motif bunga-bunga dan rambut yang dikepang dua dengan pita berbentuk bunga.

Dimas tersentak kaget, segera saja ia menyadari bahwa gadis di hadapannya adalah orang yang tidak sengaja dipotretnya sewaktu matsuri bulan lalu.

“Aduuh...sobek!” gadis itu memeriksa yukatanya dan mendapati bagian lengan kiri sobek karena tertahan sewaktu jatuh tadi. Sobekannya cukup lebar.

“Gimana nih.. aku harus tampil ke atas panggung sebentar lagi” katanya panik
“Kamu ikut kompetisi cosplay?” tanya Dimas. Gadis itu mengangguk pelan saja.
            Dimas merasa bersalah, ia berpikir keras bagaimana sebaiknya mengatasinya. Ia lalu berkata padanya

“Kamu tunggu di sini ya” Dimas melesat berbalik ke arah sebuah stand yang dilewatinya tadi, yang menjual pakaian tradisional Jepang atau yukata untuk perempuan. Ia mencari yukata dengan motif yang menurutnya sesuai dengan yang gadis itu.

“Dapat! Ini mungkin paling mirip” serunya sambil mengambil sebuah yukata berwarna dasar putih dengan motif bunga-bunga sakura. Ia kemudian membayar dan membawanya kepada gadis itu.
“Ini.. coba yang ini”

“Ah” gadis itu tampak terkejut ketika Dimas membawakannya sebuah yukata baru.
“Kak, tidak usah repot-repot”
“Tidak.. tidak ada yang repot.. itu tadi salahku. Cepat nanti kamu keburu dipanggil ke atas panggung”

            Gadis itu kemudian menerimanya dan bergegas pergi ke ruang ganti peserta cosplay. Dimas menunggunya, tak berapa lama dia keluar sudah mengenakannya. Bertepatan dengan itu nomor urut peserta kompetisi cosplay mulai dipanggil satu per satu.
“Ayo cepat” seru Dimas yang kemudian direspon oleh anggukan kepala gadis itu. Mereka berjalan cepat menuju stage. Mereka tiba tepat pada waktunya
“Untung keburu”

            Gadis itu naik ke atas panggung, ia memperkenalkan karakter yang diperankannya dan berpose seperti halnya peserta cosplay lain. Dari bawah panggung Dimas mengambil foto. Dia begitu anggun pikir Dimas, ia pasti sangat menjiwai karakter yang diperankannya itu.

            Juri kompetisi memberi komentar atas penampilannya, secara keseluruhan tangapan yang diberikan semuanya bagus. Sambil menunggu pengumuman pemenang Dimas dan gadis itu pergi ke sebuah kedai takoyaki.

“Terima kasih banyak kak.. aku gak tau gimana jadinya kalau kostum tadi gak cepat diganti” ujar gadis manis itu.

“Sama-sama.. memang aku yang salah tadi udah bikin kostum kamu robek”
Gadis itu terdiam sebentar menatapnya, kemudian ia mengulurkan tangannya
“Namaku Viviyona” ia memperkenalkan diri
Dimas tidak langsung merespon, ia masih bengong menatapinya.
“Kak?”

“Ah iya..“ Dimas tersadar dari lamunannya “Viviyona ya? Nama yang bagus” respon Dimas secara spontanitas.
“Panggil saja Yona. Nama kakak siapa?”
“D” jawab Dimas pendek. “Panggil saja begitu. Itu inisialku”
“Nama apaan itu?” Yona bertanya sambil tertawa
Dimas tersenyum “Biar kesannya misterius begitu, seperti karakter KIRA atau Ogami Rei”
Yona tertawa  “Hihi... Kakak aneh deh. Ternyata suka anime juga, tapi kok sukanya dengan karakter jahat seperti itu?

“Menurutku karakter mereka tidak jahat, mereka hanya idealis”
Keduanya kemudian diam. Dimas bukan orang yang pandai memulai pembicaraan dengan orang lain, Yona juga sepertinya begitu. Tapi kemudian Dimas mulai memberanikan diri mengajaknya bicara
“Jadi, kamu suka ikut cosplay ya?” tanya Dimas

“Iya.. aku suka banget.. rasanya seperti menjadi karakter yang kita perankan itu”
“Begitu ya? Aku selalu kagum melihat cosplayer, karena mereka bisa mengekspresikan apa yang mereka perankan tanpa merasa minder di depan umum”

Yona memandangi Dimas, tatapan matanya sangat dalam persis seperti heroine (tokoh anak perempuan) dalam animasi. Sadar diperhatikan, Dimas kemudian langsung mengungkit kejadian bulan lalu.
“Itu... tentang apa yang terjadi bulan lalu. Aku betul-betul tidak sengaja”
“Eh?”

“Waktu itu aku cuma mau memotret penonton, tapi entah kenapa aku tidak sengaja memotret ke arah kamu. Karena itu aku minta maaf”
“Ooh.. soal itu ya. Gak apa-apa kak, aku juga terlalu sensitif. Aku memang benci dengan stalker, tapi aku tau kakak bukan orang seperti itu”

“Kenapa kamu bisa beranggapan begitu?”
Yona tersipu menjawabnya “Karena.. aku juga sempat memperhatikan waktu itu, kakak hanya fokus memotret band yang tampil di atas panggung. Jadi aku tau waktu itu pasti tidak sengaja. Aku memang sedang kesal saja waktu itu jadi langsung pergi”
“Kalau boleh tau kenapa?”

Yona diam sebentar kemudian menjawabnya “Soalnya aku gagal total di kompetisi waktu itu. Padahal kostumnya sudah kubuat susah payah, tapi ternyata gak menang. Ya  aku kecewa berat”
“Begitu ya..” Dimas menjawabnya sambil melahap takoyaki miliknya. “Tapi menurutku, kompetisi itu bukan soal menang atau kalah”
“Maksud kakak?”

“Iya.. tentu ada hal yang lebih berharga untuk diambil ketika kita mengikuti sebuah kompetisi atau semacamnya.”
Dimas mengambil gelas minumannya kemudian melanjutkan
“Ini tentang sikap, berusaha dengan kemampuan terbaik kita, bagaimana kita belajar dari orang lain, menghargai kemampuan orang lain, saling menghormati dan sebagainya. Jika cuma menang dan kalah itu tidak ada artinya”

Yona tersenyum manis mendengarkan kata-kata filsuf dari Dimas itu. Kata-kata itu seperti memberikan arti baru baginya.

“Yah.. itu hanya pendapatku saja”
“Tidak sepertinya memang kakak benar. Kita memang jangan terbebani dengan hal-hal semacam itu kan? Ngomong-ngomong kakak suka fotografi ya?” tanya Yona sambil menunjuk kamera di samping Dimas.
“Yah.. tidak bisa dibilang suka juga sih. Tapi ini untuk mendukung pekerjaanku”

“Memang pekerjaan kakak apa?”

“Oh.. itu rahasia” jawab Dimas sambil tertawa lagi
“Nama pake inisial, kerjaan juga dirahasiain segala. Kakak ini sebetulnya siapa sih?”
“Hehe.. biar saja begitu. Orang yang misterius seperti Raito Yagami, Kan lebih seru”
“Huu.. sok misterius”

            Hari semakin sore ketika tiba saatnya pengumuman lomba cosplay keluar. Tanpa diduga Yona keluar sebagai juara ketiga. Gadis itu meloncat kegirangan ketika mengetahuinya, sampai secara tidak sadar merangkul tangan Dimas.

Omedetou, Selamat ya Yona”

“Iya terima kasih banyak kak, ini berkat kakak juga mungkin. Kalau waktu itu kakak tidak belikan yukata baru mungkin aku tidak akan menang apa-apa”
“Tapi mungkin saja kamu bisa juara satu kalau yang itu tidak sobek”
“Udah gak apa-apa.. yang penting aku senang banget” lanjutnya masih dengan ekspresi kegirangan. Dimas hanya tersenyum saja melihatnya.

“Habis ini mau kemana kak?”
“Tidak kemana-mana. Mungkin aku mau tunggu sampai hanabi, baru pulang”
“Ayo kita ke depan stage, seru lho” ajak Yona. “JKT48 sebentar lagi tampil”
“JKT48? Apa itu?” tanya Dimas tidak mengerti. Yona kaget bukan main. Di luar dugaan  Dimas ternyata tidak tahu soal itu.

“Haa? Kak tidak tahu JKT48? Mereka itu sister groupnya AKB48 di Indonesia. Kakak penggemar musik Jepang kan, Kupikir tau”

“Oh iya. Aku pernah dengar tapi belum tau sama sekali kayak apa. Yah maaf deh, pengetahuanku memang masih kurang soal J-pop, karena aku lebih suka Japanese Rock

“Hehe.. makanya yuk ikut” Yona tanpa basa-basi menarik tangan Dimas dan membawanya ke depan panggung, dimana para fans JKT 48 sudah berkerumun. Melafalkan chant-chant nya atau yang biasa disebut wotagei. Tak lama kemudian member dari idol group itu muncul satu per satu dan mereka mulai membawakan lagu-lagunya disertai gerakan dance yang energik.

“Bagaimana kak?” tanya Yona. Ia tampak sangat bersemangat menonton penampilan dari JKT48 itu.
“Yah.. musiknya bukan seleraku. Tapi bagus juga” tanggap Dimas dengan santai

            Mereka berdua menonton penampilan JKT48 sampai selesai dan tanpa terasa hari sudah malam. Setelah event hanabi (kembang api) yang menandakan penutupan  acara itu mereka berdua pun pulang.

“Kakak pulang kemana?” tanya Yona
“Emm.. Bogor”
Yona terkejut “Hah? Kok samaan? Aku juga tinggal di Bogor”
“Begitu? Kebetulan sekali ya”
“Iya.. pulang bareng ya kak”
“Oke”

            Sebetulnya hari itu Dimas berniat menginap di tempat temannya yang tinggal dekat sana, tapi mengetahui Yona pulang sendirian ditambah hari sudah malam dia tidak mau terjadi apa-apa. Dia akhirnya ikut pulang ke rumahnya di Bogor Mereka berdua pun mengambil jalan pulang menggunakan kereta dari stasiun Gambir menuju kota Bogor.

***

            Beberapa minggu setelah event itu, pertemanan mereka berdua semakin akrab. Mereka jadi sering bertemu di waktu senggang untuk bertukar cerita maupun pengetahuan mengenai hal-hal yang berbau Jepang entah itu tentang anime, musik, budaya maupun tentang cosplay. Kebanyakan justru Dimas yang belajar darinya. Yona bahkan beberapa kali mengajak Dimas ikut dalam acara rutin komunitas Cosplay nya. Yona adalah anak yang periang dan berteman baik, setidaknya hal itu dirasakan oleh Dimas ketika bersamanya.

            Sebaliknya, Yona pun tidak segan membicarakan banyak hal-hal yang disukainya. Ia senang menggambar manga Jepang dan menyanyi, ia juga sering bercerita soal hal lain seperti tidak suka makan ikan dan kesukaannya akan hewan kucing. Ya, ia membicarakan semuanya dengan Dimas tanpa ragu sedikitpun. 

Dimas pun adalah seorang pendengar yang baik. Ia tidak banyak bicara tapi selalu memberikan tanggapan positif yang menyenangkan. Hubungan yang akrab itu kemudian membuat Dimas sudah dianggapnya seperti kakak sendiri begitupun sebaliknya, dan hal tersebut sudah berlangsung selama berbulan-bulan lamanya sejak pertemuan pertama mereka. Walaupun persahabatan mereka semakin erat, keduanya juga sama-sama masih segan untuk saling mengenal lebih jauh. Termasuk saling mengetahui tempat tinggal masing-masing, padahal keduanya sama-sama berdomisili di Bogor.

            Suatu ketika mereka pergi bersama-sama lagi ke sebuah matsuri di kawasan Rawa Mangun, Jakarta Timur. Seperti biasanya Yona datang sebagai Cosplayer sedangkan Dimas datang dengan penampilan cuek seperti biasanya dan membawa kamera. Mereka menikmati suasana di matsuri tersebut, seperti biasa ada lomba cosplay dan juga band yang mengcover lagu Jepang, bagian yang menjadi kesukaan Dimas.

            Lelah berkeliling mereka pun membeli makanan dan bersantai di sebuah kursi yang berjarak beberapa meter dari samping panggung. Yona tidak seperti biasanya, hari ini dia tampak pendiam sekali.
“Kak..” panggil Yona mengagetkan Dimas yang sedang melihat dari jauh penampilan band di panggung.

“Um.. kenapa?”
“Ada yang mau aku tanyain ke kakak, tapi jangan ketawain ya. Soalnya ini penting banget”
“Apa memangnya?”

Yona diam sebentar baru kemudian bicara “Gini kak.. menurut kakak apa aku bisa  disukai semua orang?”
“Kenapa tiba-tiba nanya begitu?” Dimas sedikit terkejut mendengarnya.
“Enggak, cuma pingin tau aja, gimana menurut kakak?”
“Umm.. bagaimana ya.. aku rasa semua orang punya hak untuk disukai orang lain”
“Lalu apa aku juga bisa seperti itu?”
“Tentu saja..”

“Menurut kakak aku ini orang yang bagaimana?”
“Kamu anak yang periang, mudah bergaul, berpengetahuan luas dan yang lebih penting lagi kamu itu orang yang baik. Aku rasa itu pribadi yang disukai semua orang.”

            Dimas berhenti sejenak untuk mengambil tas plastik berisi belanjaannya, mengeluarkan sebuah kopi dalam kemasan kaleng dari dalamnya, membuka penutupnya dan meminumnya. Kemudian ia melanjutkan
“Di samping itu kamu juga punya keberanian. 
Kamu orang yang berani tampil beda dari orang lain, sebagai cosplayer dimana tidak setiap orang bisa melakukannya. Hal itu adalah bukti kalau kamu mampu melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan hati. Selama itu hal yang baik kurasa itu tidak ada masalah”

Yona diam mendengarkan tanggapan Dimas. Ia bertanya lagi
“Aku.. punya mimpi yang terkait dengan hal itu, agar bisa diterima orang lain menurut kakak harus bagaimana?”

“Jadilah diri sendiri dan kejar mimpi itu apapun resikonya”
Yona tersenyum manis. “Terima kasih kak. Sekarang aku semakin bersemangat. Aku beruntung bisa mengenal orang baik seperti kakak”
Dimas membalas senyumannya dan mengacungkan ibu jarinya. Yona kemudian tampak memikirkan sesuatu lalu ia berseru

“Oh iya.. Kakak.. belum pernah berfoto dengan cosplayer kan?”
“Belum.. kenapa memangnya?”
Tiba-tiba Yona berdiri sambil menarik tangan Dimas beberapa langkah ke depan.
“Eh... ada apa?”
“Sini... kesini kak...” Ia menarik Dimas hingga ke depan sebuah taman yang cukup indah.
“Nah, di sini bagus. Ayo foto dong di sini kak”
Dimas masih merasa tidak enak
“Tidak apa-apa kak.. Ayoo”

            Didesak terus seperti itu akhirnya ia mengalah juga. Dimas memasang mode otomatis pada kameranya kemudian mereka berdiri bersebelahan. Mereka berfoto bersama beberapa kali dengan latar belakang taman itu. Dimas tampak kaku awalnya tapi Yona kemudian menyemangatinya agar tidak canggung, sehingga kemudian mereka berdua bisa berfoto dengan bagus. Setelah puas berfoto bersama mereka kembali lagi ke tempat festival itu dan mengikuti acara-acara selanjutnya yang ada. Udara langit sore itu semakin hangat menemani langkah mereka.

***

            Beberapa minggu setelah itu event itu, Dimas mendapati kenyataan ia harus dikirim untuk beberapa bulan bertugas melakukan liputan ke luar negeri. Tidak tanggung-tanggung tempat yang ia tuju merupakan pedalaman hutan Bello Horizonte di negara Brazil, Amerika Selatan. Liputan. ya, Dimas merupakan seorang reporter sekaligus penulis artikel pada sebuah jurnal ilmiah. Ia sering ditugaskan untuk menjelajahi dan menulis artikel ilmiah di segala tempat yang berhubungan dengan kehidupan alam liar. Karena penugasannya datang mendadak semua persiapan dia lakukan dengan buru-buru, ia bahkan tidak sempat memberitahu teman-temannya termasuk Yona.

“Mungkin tidak apa-apa menghilang sebentar. Setibanya di sana aku akan menelponnya” pikir Dimas saat hari keberangkatannya. Di hari itu dia juga belum memberitahu Yona tentang penugasannya.


            Namun sial baginya, tepat di hari pertama ketika akan melakukan obervasi panjang menjelajahi belantara itu ponselnya mengalami kerusakan. Semua data-data penting dalam berbagai format hilang. Termasuk diantaranya adalah nomor ponsel Yona, ia tidak bisa menghubunginya untuk memberitahukan kabar. Terpaksa Dimas harus menunggu selama itu sebelum dia bisa kembali lagi ke tanah air. Rasanya betul-betul seperti kehilangan seuatu yang berharga. Apa daya Sekarang dia hanya bisa terfokus untuk pekerjannya saja.

            Tidak terasa kemudian beberapa bulan telah berlalu, penantian yang panjang itu berakhir juga. Dimas kembali ke Indonesia dengan perasaan senang. Ia tidak sabar menceritakan semua pengalamannya kepada Yona. 

            Namun dia tidak segera bisa menghubunginya. Ada yang aneh karena nomor ponselnya tidak lagi aktif. Ia kemudian mencoba mengirimkan pesan melalui facebook maupun twitter, anehnya lagi dia menemukan kedua akun jejaring sosial milik Yona itu juga sudah dihapus. Ada apa dengannya? Pikir Dimas. Tidak berhenti sampai di situ saja.

Pada beberapa event matsuri berikutnya yang lumayan besar, Dimas datang sendiri. Dia berharap bisa bertemu dengan Yona. Namun pada akhirnya dia tidak juga bertemu dengan gadis itu. Padahal pasti dia berada di sisi lain dari kota Bogor, tempat yang sama ia pijak. Hanya saja dimana tidak mengetahuinya.
“Apa terjadi sesuatu? Mudah-mudahan tidak” pikirnya cemas.

***

            Hari sabtu sore pada minggu berikutnya, Dimas mengunjungi rumah teman baiknya Faisal yang juga tinggal di Bogor. Ia bermaksud membackup data-data dan dokumentasinya selama pergi ke Brazil itu.

“Oi cuy.. tumben kemari”
“Iya sal.. gw mau numpang back up data dong”
“Oke. Pake aja.. Hasil observasi yang kemaren ya? Oleh-olehnya mana nih?”
“Ada tuh ikan piranha.. ambil deh yang banyak” jawab Dimas berkelakar
“Haha.. sial”

            Dimas kemudian mengutak-atik laptopnya dan memindahkan data-data pentingnya ke komputer temannya itu. Cukup banyak sehingga memakan waktu. Sementara Faisal sedang asik menyaksikan sebuah acara di TV.

“Nonton apaan lu Sal?” Dimas bertanya karena penasaran
“Itu.. audisi tahap finalnya  JKT48 2nd Generation”
“Dasar”

            Faisal temannya ini memang dikenal sebagai wota. Dia mengikuti perkembangan idol group itu sejak awal dan hampir tau semua hal tentang JKT48. Dimas masih sibuk mengutak-atik laptopnya ketika kemudian pandangannya teralihkan ke layar televisi. Dia terhenyak.

            Dimas mendapati sosok gadis berambut pendek dengan warna rambut merah kecoklatan, dan raut wajah mideru nya yang sudah amat sangat tidak asing baginya. Gadis itu terlihat senang dan sedang diwawancara karena telah berhasil terpilih sebagai member JKT48 generasi kedua.

Choutomate!... Sal, sal... Besarin Volume TV-nya!!” Dimas melompat karena terkejut setengah mati.
“Apaan sih? Lu emang demen juga beginian” kata Faisal sambil menaikkan volume televisinya.
Dimas memperhatikannya dengan cermat baru kemudian dia sadar.
“YONA!” Ia terkejut bukan main.
“Haa? Siapa?” tanya Faisal bingung
“Itu Yona! Gak salah lagi”
“Yona..? Oh.. itu peserta no 31 tadi? Iya namanya Viviyona Apriani. Dia udah lolos audisi. Lu tau dia? ”

            Dimas tidak menjawab pertanyaan temannya itu, pandangannya masih terpaku pada layar kaca. Tidak salah lagi dia memang Yona. Cosplayer girl yang selama ini selalu bersamanya di acara matsuri itu kini sudah menjadi seorang member idol group JKT48. Rupanya ini yang dimaksud perkataannya waktu itu. Dimas menepuk dahinya kemudian tertawa.
“Yona... memang hebat dia”  ia berkata sendiri.

***

            Terhitung sudah hampir setengah tahun sejak saat terakhir itu Dimas dan Yona tidak pernah bertemu lagi. Keduanya kini menjalani kehidupannya masing-masing. Yona kini sudah menjadi idol yang disukai semua orang seperti keinginannya, sedangkan Dimas juga hanya fokus pada pekerjaannya. Hampir mustahil bagi mereka untuk bersua satu sama lain seperti dulu.

            Hari minggu itu jadwalnya theater pajama drive yang dibawakan oleh generasi kedua. Semua member yang tampil berusaha maksimal memberikan yang terbaik. Saat selesai theater malam itu Yona mendapati sebuah fan letter yang ditujukan untuknya. Pelan-pelan ia membukanya dan membaca isi surat tersebut.

Hei. Mideru, apa kabar? Rasanya sudah lama sekali tidak bertemu. Sekarang sudah lain ya.. kamu sudah melesat jauh   he.. he..

 Sebelumnya aku mau minta maaf karena dulu sempat pergi tanpa berpamitan. Aku kira kita bakal bisa sering bertemu lagi setelah itu tapi ternyata aku salah. 
Aku betul-betul minta maaf. Waktu itu aku harus pergi ke pedalaman di Brazil karena tugas. Waktunya  sangat sempit saat itu dan ponselku juga tiba-tiba rusak. Aku tidak bisa menghubungi siapa-siapa dari sana.

Banyak yang mau kuceritakan sebetulnya, tapi sekarang ini sepertinya tidak mungkin bisa seperti dulu lagi ya. Aku kaget saat mengetahui kamu ikut audisi sebagai member JKT48, ternyata itu yang kamu maksud waktu itu ya. Ha ha.. sama sekali tidak menyangka tapi biarpun begitu sebagai sahabatmu, aku juga akan tetap mendukungmu, walaupun berat berjuanglah, aku yakin kamu pasti bisa mengejar impianmu.

Oh iya, aku juga mau mengakui.. selama ini akupun punya impian lain yang ingin kuraih dan kamu tau apa? Justru aku yang banyak belajar darimu soal itu. Ketika bersamamu seorang cosplayer, aku belajar tentang rasa percaya diri.. 
waktu yang kita lalui telah memberikan inspirasi berharga buatku, dan sekarang aku juga akan mulai berjuang mengejarnya. 

Kamu adalah orang yang memberikan inspirasi itu. Terima kasih.
Aku berharap juga suatu saat bisa datang langsung menonton tapi sepertinya belum dalam waktu dekat ini. Walaupun begitu jika memang ada kesempatan aku percaya kita bisa bertemu lagi suatu saat nanti. Bersemangatlah selalu..
Ganbayo, Ganbatte Yona ! ^_^
                                                                                                            “D”

            Yona tersenyum senang sekaligus terharu setelah selesai membacanya. Mendapat surat sekaligus kabar itu rasanya seperti menemukan lagi barang berharga yang hilang. Ia kemudian melipat surat itu dan menggabungkannya dengan fan letter lainnya. Hari itu dia mendapat tambahan semangat baru lagi.
“Terima kasih, kak. Aku pasti akan berusaha keras!” ucapnya dalam hati sambil menggenggam surat itu dengan erat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar