Selasa, 19 Juni 2012

Aplikasi Perkuliahan dengan Cara Soft Skill

Aplikasi Perkuliahan dengan Cara Soft Skill

Perkuliahan soft skill adalah perkuliahan yang mengedepankan komunikasi dan sikap. Soft skill disini berarti mengarahkan dan memperkokoh pondasi sikap positif kepada para mahasiswa agar menjadi manusia yang berkepribadiaan mulia untuk menunjang keahlian sesuai bidangnya. Sehingga para mahasiswa mampu menjalankan Tri Darma Perguruan Tinggi, yaitu : Pendidikan & Pengajaran, Penelitian, serta Pengabdian kepada masyarakat.
Soft Skill (Kemampuan non-teknis) merupakan kemampuan seseorang untuk bisa bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik pada lingkungan dimana dia berada. Sifatnya invisible. Attribut dari softskill ini seperti : sikap baik seperti integritas, inisiatif, motivasi, etika, kerja sama dalam tim, kepemimpinan, kemauan belajar, komitmen, mendengarkan, tangguh, fleksibel, komunikasi lisan, jujur, berargumen logis, kemampuan beradaptasi, pemecahan masalah dan lainnya. Softskill telah menjadi salah satu faktor yang menentukan kesuksesan karir seseorang dan dapat turut meningkatkan kinerja organisasi. Softskill juga terbagi menjadi dua jenis. Pertama adalah kualitas personal, yang terdiri dari : dapat bertanggung jawab, kepercayaan diri, mampu bersosialisasi, self-management (mampu mengatur diri sendiri) dan integritas/kejujuran. Yang  kedua adalah interpersonal skill yang terdiri dari leadership (kepemimpinan), kemampuan bernegosiasi, mampu bekerjasama dalam tim, mau berbagi ilmu dengan orang lain.

Cara Meng-upload Tugas dan Tulisan serta sebagai Pengantar

1. Sebagai mahasiswa Universitas Gunadarma kita wajib memiliki akun Blog untuk mendukung dalam posting tugas dan tulisan yang akan diupload ke Studentsite kita masing-masing.
2.   Dosen akan memberikan materi untuk tugas dan tulisan yang akan diposting pada saat perkuliahan Soft Skill. Jika kita lupa dengan materi tugas yang telah diberikan oleh dosen kita bisa melihat materi tugas yang akan kita kerjakan dengan cara membuka Satuan Acara Perkuliahan atau yang biasa disingkat SAP. Kemudian buka SAP tentang mata kuliah softskill.
3.  Setelah mengetahui tugas yang akan dikerjakan, kemudian buatlah tugas dan tulisan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan perintah dosennya. Supaya tulisan lebih rapih, kerjakan  di word processor. Setelah rapih baru kita copy dan paste ke blog. Jangan lupa untuk mencantumkan referensinya apabila kita melihat dari sumber yang lainnya. Upload tugas dan tulisan tersebut ke blog kita.
4.  Setelah upload tugas dan tulisan ke blog, kemudian buka Studentsite lalu masuk atau login. Setelah login lalu pilih menu layanan StudentSite-nya. Untuk Tugas pilih menu layanan Tugas (UG Portfolio) sedangkan untuk Tulisan pilih menu layanan Tulisan (UG Portfolio). Lalu masukkan judul tugas, URL blog kita, dan mata kuliah pada kolom yang telah disediakan. Pada menu tulisan kita hanya mengisi judul tulisan dan URL blog tulisannya. Pilih submit untuk mengupload maka secara otomatis tugas yang kita kirim akan muncul di tampilan menu tugas/tulisan layanan studentsite.

 Mengenai Perkuliahan Soft Skill

Dengan adanya mata kuliah softskill (Ilmu Budaya Dasar) menurut saya itu merupakan cara yang bagus untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menyalurkan bakat menulis, serta menambah pengetahuan baru mengenai ilmu budaya dan juga sikap dari manusia. Saya pribadi menjadi lebih tahu mengenai sikap, kehidupan dan juga karakter dari berbagai manusia dan juga perkembangan budaya serta lainnya mengenai budaya. Dengan lebih tahunya kita akan sikap-sikap manusia, kita jadi lebih mengerti akan permasalahan, ciri-ciri, dan kebudayaan pada manusia.
Mata kuliah ini perlu dilanjutkan karena membantu mahasiswa dalam melatih maupun mengembangkan bakat menulis, tetapi saya berharap ada perbaikan dalam standar penilaian mata kuliah softskill ini.  Mata kuliah ini juga bisa memperbaiki kepribadian seseorang agar bisa menjadi orang lebih baik dan berguna untuk orang lain. Dengan membuat blog atau mengirimkan hasil tulisan ke wartawarga saya rasa sudah cukup. Penilaian bisa diambil dari seberapa sering mahasiswa membuat serta mengirimkan tugas dan tulisan mereka, serta seberapa bagus, baik dan menarik tulisan mereka.



Rabu, 13 Juni 2012

Melestarikan Budaya Indonesia


Sudah cukup budaya kita diakui oleh Negara – Negara lain, sekarang saatnya kita untuk menjaga dan melestarikan budaya Indonesia. Kebudayaan merupakan cermin dari suatu bangsa, dari kebudayaan suatu bangsa dapat dikenal oleh seluruh dunia, tinggal bagai mana kita melestarikan suatu kebudayaan yang kita miliki sekarang, jaman moderenisasi tidak harus menggilas kebudayaan yang sudah ada yang menjadi kebanggaan kita dari dulu tapi bagaimana jika tren moderenisasi yang harus mengikuti kebudayaan kita, itu yang harus dipikirkan bersama oleh semua pihak.

Indonesia sudah sangat dikenal dengan berbagi kebudayaan, karena Indonesia memiliki beragam suku yang juga memiliki beragam kebudayaan yang berbeda – beda dari setiap suku. Kebudayaan merupakan hasil karya seni yang indah dan mengagumkan, sesuatu yang dapat merangangsang panca indra dan dapat membuat kita takjub akan keindahan seni. Kebudayaan di Indonesia sangat beraneka ragam, hampir disetiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda. Di Indonesia kebudayaan dapat terbagi menjadi beberapa karya seni, seperti, Tarian, Pakaian adat, Makanan khas dan masih banyak lagi. Di Jakarta dihuni oleh penduduk yang mayoritas adalah orang betawi, orang betawi memiliki kesenian berupa seni tari, tari yang terkenal adalah tari Jaipong, tarian ini memmiliki keindahan dalam seni gerak yang sangat indah, tidak sembarang orang bisa melakukan tarian ini, gerakan tangan yang gemulai, gerakan kaki yang lincah dan berbagai macam gerakan yang dapat merangsang panca indra manusia, sehimgga menjadi takjub. Kebudayaan lain yang dimiliki oleh orang betawi adalah Makanan Khas, Makanan Khas betawi juga sangat banyak, ada dodol betawi ada Kerak telor dan masih banyak lagi. Dodol adalah makanan yang menyerupai kue khas orang china ( kue keranjang ) namun agak sedikit berbeda.

Di daerah jawa banyak dihuni oleh suku jawa, namun setiap daerah dijawa juga memiliki kebudayaan yang berbeda tapi agak mirip. Seperti seni tarian, pakaian adat dan makanan Khas daerah masing – masing. Di daerah Sumatra juga memiliki banyak kebudayaan pada setiap daerahnya, dan begitu juga di daerah – daerah di Indonesia lainnya. “Bagaimana usaha kita untuk melestarikan budaya di Indonesia?”, itulah yang harus sama – sama kita fikirkan dan harus kita lakukan, banyak kebudayaan kita yang diakui oleh Negara – Negara tetangga. “apakah kita rela?”, jawabannya tentu tidak, maka dari itu kita harus tetap melestarikan budaya kita. Janaganlah kita terlena dan mengikuti budaya luar, yakinlah dengan budaya kita sendiri dan jangan gengsi dengan budaya yang kita miliki. Pemuda – pemuda Indonesia adalah penerus dari kebudayaan Indonesia, jadi jangan tanamkan rasa gengsi pada diri kita, biasanya pemuda jaman sekarang sudah gengsi dengan kebudayaan yang kita miliki dan lebih suka mengikuti budaya orang lain.

Belakangan ini pemerintah sudah mulai gencar melakukan usaha agar kebudayaan kita dikenal oleh dunia luas, dan dapat diakui oleh seluruh dunia bahwa banyak kebudayaan yang Indonesia miliki, sekarang tinggal bagaimana kita sebagai orang Indonesia ikut membantu usaha yang telah dilakukan pemerintah, mari kita mulai menghargai kebudayaan kita, sebenarnya caranya tidak sulit, kita ikut memeriahkan pesta – pesta adat didaerah kita, kita memahami dan mendalami kesenian tari didaerah kita, kita mengenakan pakaian yang menjadi ciri khas daerah kita. Tidak perlu setiap hari kita lakukan, kita bisa melakukan disaat memperingati hari – hari peringatan kebudayaan, hari – hari nasional atau kapan saja kita mau. Belakangan ini kita gencar memperingati hari batik nasional, maka kita harus ikut memeriahkan peringatan ini, karena itu juga merupakan usaha untuk melestarikan budaya kita dan juga menghargai budaya kita. Maka kita mulailah dari diri kita terlebih dahulu.

Manusia dan Tanggung Jawab


A. Pengertian Tanggung Jawab

Setiap manusia harus mempunyai rasa tanggung jawab, dimana rasa tanggung jawab itu harus disesuaikan dengan apa yang telah kita lakukan.Arti dari tanggung jawab menurut kamus bahasa indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa indonesia adalah berkewajiban memikul,menanggung segala sesuatunya,dan menanggung segala akibatnya.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Tanggung jawab itu bersifat kodrati,artinya sudah menjadi bagian hidup dari manusia bahwa setiap manusia dibebani dengan tangung jawab. Apabila di kaji tanggung jawab itu adalah kewajiban yang harus di pikul sebagai akibat dari perbuatan pihak yang berbuat.
Tanggung jawab adalah ciri manusia yang beradab. Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengadilan atau pengorbanan.

B. Macam-Macam Tanggung Jawab
Manusia berjuang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan adapun untuk kebutuhan orang lain. Dalam usahanya setiap manusia menyadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut menentukan dan membantunya yaitu kekuasaan tuhan.Dengan demikian tanggung jawab itu dapat di bedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang dibuat nya. Berikut ini merupakan beberapa jenis tanggung jawab, yaitu :
1. Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri itu menuntut kesadaran akan diri kita untuk memenuhi kewajiban sendiri dan mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Apa yang telah kita lakukan harus menerima resikonya sendiri.

2. Tanggung Jawab Terhadap Keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga, tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejaterahaan ,keselamatan,pendidikan dan kehidupan. Sebagai anggota keluarga kita harus saling menjaga nama baik keluarga dengan sikap dan perbuatan yang kita lakukan di dalam kehidupan bermasyarakat.

3. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain karena manusia kedudukannya sebagai makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain maka kita harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Berinteraksi didalam suatu kehidupan masyarakat sangat dibutuhkan karena itu bisa membuat kita saling mengenal satu dengan yang lainnya.

4. Tanggung Jawab Kepada Bangsa / Negara
Suatu kenyataan lagi bahwa tiap manusia, tiap individu adalah suatu warga negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, dan bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma yang di buat oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatan manusia itu salah maka ia harus bertanggung jawab kepada Negara atas apa yang telah ia perbuat. Kita harus menjaga nama baik bangsa dan negara kita sendiri dengan prestasi-prestasi anak bangsa.

5. Tanggung Jawab Terhadap Tuhan
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupan manusia agar tanggung jawab langsung terhadap tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukuman-hukuman tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam jenis agama. Menerima hukuman di akhirat nanti atas apa yang telah kita lakukan selama hidup didunia ini.

C. Pengabdian Dan Pengorbanan

Wujud tanggung jawab juga berupa pengabdian dan pengorbanan. Pengabdian dan pengorbanan adalah perbuatan baik untuk kepentingan manusia itu sendiri.
1. Pengabdian
Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran dan pendapat sebagai perwujudan kesetiaan, atau suatu kesetiaan yang di lakukan dengan ikhlas.
Pengabdian itu ada hakekatnya yaitu rasa tanggung jawab. Apabila orang bekerja keras seharian penuh itu untuk mencukupi kebutuhannya. Lain halnya jika kita hanya membantu teman dalam kesulitan mungkin sampai berhari-hari itu bukan pengabdian, tetapi hanya sebuah bantuan saja.
2. Pengorbanan
Pengorbanan berasal dari kata korban yang berarti persembahan, sehingga pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur keikhlasan yang tidak mengharapkan suatu imbalan maupun pamrih dari orang lain.

D. Perbedaan Pengabdian Dan Pengorbanan

Perbedaan antara pengertian pengabdian dan pengorbanan tidak begitu jelas. Karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanannya. Antara sesama kawan sulit di katakannya pengabdian, karena kata pengabdian mengandung arti lebih rendah tingkatnya, tetapi untuk kata pengorbanan dapat juga diterapkan kepada sesama teman.
Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan dapat berupa bentuk harta benda, pikiran, perasaan, bahkan dapat juga berupa jiwanya.
Pengabdian lebih banyak menunjukan kepada perbuatan sedangkan pengorbanan lebih banyak menunjukan kepada pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran ,perasaan, tenaga, biaya, dan waktu. Dalam pengabdian selalu dituntut suatu pengorbanan, tetapi pengorbanan belum tentu menuntut suatu pengabdian.

Manusia dan Pandangan Hidup



Pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya yang terdiri dari 3 macam, yaitu:

1. Pandangan hidup yang berasal dari agama, yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.

2. Pandangan hidup yang berupa Ideologi, yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.

3. Pandangan hidup hasil renungan, yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.

Pandangan hidup mempunyai 4 unsur-unsur, yaitu:

a. Cita-cita apa yang diinginkan yang mungkin dapat dicapai dengan usaha atau perjuangan.
b. Kebajikan segala hal yang baik yang membuat manusia makmur, bahagia, damai dan tenteram.
c. Usaha atau perjuangan adalah kerja keras yang dilandasi keyakinan.
d. Keyakinan atau kepercayaan, merupakan hal terpenting dalam hidup manusia
CITA-CITA
Cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan, yang selalu ada dalam pikiran. Cita-cita merupakan pandangan masa depan dan pandangan hidup dimasa yang akan datang.

Faktor manusia yang ingin mencapai cita-citanya ditentukan oleh kualitas manusianya. Cara keras dalam mencapai cita-cita merupakan suatu perjuangan hidup yang apabila berhasil akan menimbulkan kepuasan.

Faktor kondisi yang mempengaruhi tercapainya cita-cita, pada umumnya dapat disebut yang menguntungkan dan yang menghambat. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar tercapainya suatu cita-cita sedangkan faktor yang menghambat merupakan kondisi yang merintangi.

KEBAJIKAN
Kebajikan atau kebaikan adalah suatu perbuatan yang mendatangkan kesenangan bagi diri sendiri maupun orang lain. Kebaikan pada hakekatnya sama dengan perbuatan moral yang sesuai dengan norma-norma agama dan etika.

Manusia berbuat baik karena pada hakekatnya manusia itu baik. Makhluk bermoral atas dorongan suara hatinya manusia cenderung berbuat baik. Manusia adalah sebuah pribadi yang utuh yang terdiri atas jiwa dan badan. Kedua unsur tersebut terpisah bila manusia meninggal. Manusia mempunyai kepribadian oleh karena itu ia mempunyai pendapat sendirian ia mencintai dirinya, perasaannya dan cita-citanya. Untuk dapat melihat kebajikan kita harus melihat dari 3 segi, yaitu manusia sebagai mahluk pribadi, manusia sebagai anggota masyarakat dan manusia sebagai makhluk Tuhan.

Suara hati adalah semacam bisikan didalam hati yang mendesak seseorang untuk menimbang dan menentukan baik buruknya suatu perbuatan. Jadi suara hati dapat merupakan hakim untuk diri sendiri. Sebab itu nilai suara hati amat besar dan penting dalam hidup manusia.

Kebajikan adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat dan Tuhan. Kebajikan berarti: berkata sopan, santun, berbahasa baik, bertingkah laku baik, ramah tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak meransang bagi yang melihatnya

USAHA DAN PERJUANGAN
Usaha dan perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita. Sebagian hidup manusia adalah usaha atau berusaha. Apabila manusia bercita-cita menjadi kaya, maka ia harus bekerja keras. Kerja keras itu dapat dilakukan dengan otak atau ilmu maupun dengan tenaga atau jasmani bahkan dengan keduanya. Kerja keras pada dasarnya menghargai dan meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sebaliknya pemalas membuat manusia iri, miskin dan melarat bahkan menjatuhkan harkat dan martabatnya sebagai seorang manusia.

KEYAKINAN ATAU KEPERCAYAAN
Keyakinan atau kepercayaan berasal dari akal atau kekuasaan Tuhan. Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, ada 3 aliran filsafat, yaitu:

1. Aliran Naturalisme, aliran ini berintikan spekulasi mungkin ada Tuhan mungkin juga tidak. Dasar aliran ini adalah kekuatan gaib dari nature dan itulah ciptaan Tuhan. Bagi yang percaya adanyaTuhan, itulah kekuasaan tertinggi. Manusia adalah ciptaan Tuhan karena itu manusia mengabdi kepada Tuhan berdasarkan ajaran ajaran Tuhan yaitu agama. Ajaran agama ada 2 macam, yaitu:

a. Ajaran agama yang dogmatis, disampaikan Tuhan melalui ajaran para nabi.

2. Ajaran agama dari pemuka agama, yaitu sebagai hasil pemikiran manusia

sifatnya relatif.

(b) Aliran Intelektualisme, besar aliran ini adalah logika atau akal. Akal berasal dari bahasa Arab yaitu qolbu yang berpusat dihati, sehingga timbullah istilah “hati nurani” artinya daya rasa.

Aliran gabungan, dasar aliran ini adalah perbuatan yang gaib dan akal. Kekuatan gaib artinya kekuatan yang berasal dari Tuhan, sedangkan akal adalah dasar kebudayaan yang menentukan benar tidaknya sesuatu. Apabila aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka akan timbul 2 kemungkinan pandangan hidup yaitu : pandangan hidup sosialisme dan sosialisme religius.

Langkah-langkah berpandangan hidup yang baik yaitu:

Mengenal, merupakan suatu kodrat bagi manusia dan tahap hidup pertama dari setiap individu. Sebagai seorang muslim kita mengenal pandangan hidup yaitu alquran dan hadist serta ijamak Ulama yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Mengerti, mengerti disini dimaksudkan pada mengerti tentang pandangan hidup.

3. Menghayati, menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam pandangan hidup yaitu dengan memperluas dan memperdalam pengetahuan mengenai pandangan hidup.

4. Meyakini, merupakan suatu hal yang cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai tujuan hidupnya.

5. Mengabdi, merupakan suatu hal yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya sendiri lebih dari orang lain.

6. Mengamankan, merupakan langkah terberat dan benar-benar membutuhkan iman yang teguh dan kebenaran dalam menanggulangi segala sesuatu demi tegaknya pandangan hidup itu

Manusia dan Keadilan


Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat kepentingan yang besar. John Rawls, filsuf Amerika Serikat yang dianggap salah satu filsuf politik terkemuka abad ke-20, menyatakan bahwa "Keadilan adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran pada sistem pemikiran" . Kebanyakan orang percaya bahwa ketidakadilan harus dilawan dan dihukum, dan banyak gerakan sosial dan politis di seluruh dunia yang berjuang menegakkan keadilan. Tapi, banyaknya jumlah dan variasi teori keadilan memberikan pemikiran bahwa tidak jelas apa yang dituntut dari keadilan dan realita ketidakadilan, karena definisi apakah keadilan itu sendiri tidak jelas. Keadilan intinya adalah meletakkan segala sesuatunya pada tempatnya.
 Keadilan bisa juga diartikan sebagai pengakuan atas perbuatan yang seimbang, pengakuan secara kata dan sikap antara hak dan kewajiban. Setiap dari kita “manusia” memiliki “hak yang sama dan kewajiban”, dimana hak yang dituntut haruslah seimbang dengan kewajiban yang telah dilakukan sehingga terjalin harmonisasi dalam perwujudan keadilan itu sendiri.  Keadilan pada dasarnya merupakan sebuah kebutuhan mutlak bagi setiap manusia dibumi ini dan tidak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan. Menurut Aristoteles, keadilan akan dapat terwujud jika hal – hal yang sama diperlakukan secara sama dan sebaliknya, hal – hal yang tidak semestinya diperlakukan tidak semestinya pula. Dimana keadilan memiliki ciri antara lain ; tidak memihak, seimbang dan melihat segalanya sesuai dengan proporsinya baik secara hak dan kewajiban dan sebanding dengan moralitas.
Dalam kehidupan, setiap manusia dalam melakukan aktifitasnya pasti pernah menemukan perlakuan yang tidak adil atau bahkan sebaliknya, melakukan hal yang tidak adil. Dimana pada setiap diri manusia pasti terdapat dorongan atau keinginan untuk berbuat kebaikan “jujur”. Tetapi terkadang untuk melakukan kejujuran sangatlah tidak mudah dan selalu dibenturkan oleh berbagai  permasalahan dan kendala yang dihadapinya.
Keadilan itu sendiri memiliki sifat yang bersebrangan dengan dusta atau kecurangan. Dimana kecurangan sangat identik dengan perbuatan yang tidak baik dan tidak jujur. Atau dengan kata lain apa yang dikatakan tidak sama dengan apa yang dilakukan. Kecurangan pada dasarnya merupakan penyakit hati yang dapat menjadikan orang tersebut menjadi serakah, tamak, rakus, iri hati, matrealistis serta sulit untuk membedakan antara hitam dan putih lagi dan mengkesampingkan nurani dan sisi moralitas.
Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kecurangan antara lain ;

1.       Faktor ekonomi.
Setiap manusia berhak hidup layak dan membahagiakan dirinya. Terkadang untuk mewujudkan hal tersebut kita menghalalkan segala cara untuk mencapai sebuah tujuan semu tanpa melihat orang lain disekelilingnya.

2.       Faktor Peradaban dan Kebudayaan
Sikapdan mentalitas individu yang terdapat didalamnya “system kebudayaan” meski terkadang hal ini tidak selalu mutlak. Keadilan dan kecurangan merupakan sikap mental yang membutuhkan keberanian dan sportifitas. Pergeseran moral saat ini memicu terjadinya pergeseran nurani hampir pada setiap individu.
3.       Teknis
Untuk mempertahankan keadilan, kita sendiri harus bersikap salah dan berkata bohong agar tidak melukai perasaan orang lain. Dengan kata lain kita sebagai bangsa timur yang sangat sopan dan santun, sulit membedakan mana yang benar dan salah.
Pada intinya, keadilan adalah suatu tindakan manusia yang dilandasi oleh kebenaran dan kebenaran itu di perjuangkan oleh manusia tersebut. Dapat disimpulkan keadilan adalah sebagai titik tengah kebenaran yang dilandasi oleh nilai kebaikan. Keadilan dan kecurangaan atau ketidakadilan tidak akan dapat berjalan dalam waktu bersamaan karena kedua sangat bertolak belakang dan berseberangan. Dalam maknanya, Keadilan memberikan kebenaran, ketegasan dan suatu jalan tengah dari berbagai persoalan juga tidak memihak kepada siapapun. Dan bagi yang berbuat adil merupakan orang yang bijaksana.

Manusia dan Kegelisahan

A. Pengertian Kegelisahan

Kegelisahan berasal dari kata “gelisah”. Gelisah artinya rasa yang tidak tentram di hati atau merasa selalu khawatir, tidak dapat tenang (tidurnya), tidak sabar lagi (menanti), cemas dan sebagainya. Kegelisahan menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya, artinya merasa gelisah, khawatir, cemas atau takut dan jijik. Rasa gelisah ini sesuai dengan suatu pendapat yang menyatakan bahwa manusia yang gelisah itu dihantui rasa khawatir atau takut.

Manusia suatu saat dalam hidupnya akan mengalami kegelisahan. Kegelisahan ini, apabila cukup lama hinggap pada manusia, akan menyebabkan suatu gagguan penyakit. Kegelisahan yang cukup lama akan menghilangkan kemampuan untuk merasa bahagia.

Kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejala tingkahlaku atau gerak gerik seseorang dalam situasi tertentu. Gejala gerak gerik atau tingkah laku itu umumnya lain dari biasanya, misalnya berjalan mondar-mandir dalam ruang tertentu sambil menundukkan kepala, duduk merenung sambil memegang kepala, duduk dengan wajah murung,malas bicara, dan lain-lain.kegelisahan juga merupakan ekspresi dari kecemasan. Masalah kecemasan atau kagalisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak tercapai.

Tragedi dunia modern tidak sedikit dapat menyebabkan kegelisahan. Hal ini mungkin akibat kebutuhan hidup yang meningkat, rasa individualistis dan egoisme, persaingan dalam hidup, keadaan yang tidak stabil, dan seterusnya. Kegelisahan dalam konteks budaya dapatlah dikatakan sebagai akibat adanya instink manusia untuk berbudaya, yaitu sebagai upaya untuk mencari “kesempurnaan”. Atau, dari segi batin manusia, gelisah sebagai akibat noda dosa pada hati manusia. Dan tidak jarang akibat kegelisahan seseorang, sekaligus membuat orang lain menjadi korbannya.

Penyebab kegelisahan dapat pula dikatakan akibat mempunyai kemampuan untuk membaca dunia dan mengetahui misteri hidup. Kehidupan ini yang menyebabkan mereka menjadi gelisah. Mereka sendiri sering tidak tahu mengapa mereka gelisah, mereka hidupnya kosong dan tidak mempunyai arti. Orang yang tidak mempunyai dasar dalam menjalankan tugas (hidup), sering ditimpa kegelisahan. Kegelisahan yang demikian sifatnya abstrak sehingga disebut kegelisahan murni, yaitu kegelisahan murni tanpa mengetahui apa penyebabnya. Bentuk- bentuk kegelisahan manusia berupa keterasingan, kesepian, ketidakpastian. Perasaan-perasaan semacam ini silih berganti dengan kebahagiaan, kegembiraan dalam kehidupan manusia.  Tentang perasaan cemas ini, Sigmund Freud membedakannya menjadi tiga macam, yaitu :

1) Kecemasan obyektif (kenyataan), kegelisahan ini mirip dengan kegelisahan terapan dan kegelisahan ini timbul akibat adanya pengaruh dari luar atau lingkungan sekitar.

Contoh :  
Tini seorang ibu muda, mempunyai anak berumur dua tahun, Tina namanya. Tina tumbuh sehat, montok, lucu, lincah, dan sangat akrab dengan ibunya. Hampir seluruh waktu Tini tercurahkan untuk Tina. Ia keluar kerja demi Tina, anak yang baru seorang itu. Sekonyong-konyong Tina sakit ; muntah-muntah disertai buang air. Tini bingung, anaknya segera dibawa kerumah sakit. Kata dokter, Tina harus dirawat di rumah sakit dan tidak boleh ditunggui. Tina menangis terus, tetapi ibunya harus meninggalkannya. Tini gelisah, cemas, khawatir, memikirkan nasib anaknya.

Pada contoh tersebut jelas bagi kita, bahwa kecemasan yang diderita oleh ibu Tini adalah karena adanya bahaya dari luar yang mengancam anaknya.


2) Kecemasan neurotik (saraf). Kecemasan ini timbul akibat pengamatan tentang bahaya dari naluriah. Menurut Sigmund freud kecemasan ini dibagi dalam tiga macam, yakni :

·         Kecemasan yang timbul akibat penyesuaian diri dengan lingkungan.  Kecemasan ini timbul karena orang itu takut akan bayangannya sendiri, atau takut akan idenya sendiri, sehingga menekan dan menguasai ego.

Contoh :
Ujang anak laki-laki berumur 10 tahun, duduk di kelas 4 SD. Pada suatu hari ia diberi tahu ayahnya bahwa bulan depan ayahnya pindah ke kota lain. Mereka sekeluarga harus pindah. Sudah tentu ia harus ikut. Jadi, ia harus pindah sekolah ke kota tempat ayahnya bertugas.  Ibunya tampak gelisah, karena ia telah merasa betah tinggal di tempat itu berkat adanya seorang ibu yang aktif mengumpulkan dan memajukan  ibu-ibu. Lebih-lebih Ujang, karena baik di kampung maupun di sekolah ia memiliki banyak kawan. Ia takut kalau di tempat baru kelak ia tidak merasa betah. Namun bila tidak ikut pindah, ia akan ikut siapa?. Bila ikut pindah, bagaimana suasana di tempat baru nanti?.  Ia takut pada bayangannya sendiri.

·         Rasa takut irasional atau fobia. Rasa takut ini mudah menular sehingga kadang-kadang tanpa alasan dan hanya karena pandangan saja, yang kemudia dilanjutkan dengan khayalan yang kuat dan dapat menimbulkan rasa takut.
·         Rasa takut lain seperti rasa gugup, gagap, dan sebagainya.

3) Kecemasan moral
Tiap pribadi memiliki bermacam-macam emosi, antara lain : iri, benci, dendam, dengki, marah,takut, gelisah, cinta, rasa kurang (inferiot).
Sifat seperti rasa iri, benci, dengki, dendam dan sebagainya adalah sifat yang tidak terpuji baik diantara sesama manusia, maupun dihadapan Tuhan. Dengan adanya sifat itu, seseorang akan merasa khawatir, takut, cemas, gelisah, dan putus asa.
Setiap orang memiliki emosi, dan emosi penting bagi kemajuan. Namun, emosi tidak terbendung akan menyebabkan perasaan–perasaan cemas, gelisah, khawatir, benci dan perasaan negatif lainnya. Perasaan itu demikian hebatnya, sehingga dapat mendesak dan mengusir pikiran-pikiran tenang, tentram, segar, dan damai.

·         Sebab – sebab orang gelisah
Bila dikaji, sebab–sebab orang gelisah adalah karena pada hakikatnya orang takut kehilangan hak–haknya. Hal itu adalah akibat dari suatu ancaman, baik ancaman dari luar maupun dari dalam.

·         Usaha – usaha mengatasi kegelisahan
Dalam mengatasi kegelisahan diperlukan nilai-nilai agama seperti bersifat qana’ah (berpikir positif). pertama–tama harus dimulai dari diri  sendiri, yaitu bersikap tenang. Dengan bersikap tenang, sehingga ketidaksabaran atau kecemasnnya dapat dikurangi dengan berdo’a kepada Tuhan serta berusaha keras untuk mengatasi hal yang membuatnya menjadi gelisah dan mungkin segala kesulitan dapat diatasi.

Hanya dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan dan memasrahkan diri kepada Tuhan, maka hati gelisah manusia akan hilang. Mendekatkan diri bukan hanya dengan cara melalui hubungan vertikal dengan Tuhan, tetapi juga melalui hubungan horizontal dengan sesama manusia sebagaimana yang diperitahkan oleh Tuhan.

·         Kegelisahan Apa dan Mengapa?

Secara lentur, kegelisahan dapat dikatakan sebagai rasa tidak tentram, rasa selalu khawatir, rasa tidak tenang, rasa tidak sabar, cemas, dan semacamnya. Yang jelas kegelisahan berkaitan dengan rasa yang berkembang dalam diri manusia.

Sebagai fenomen universal, artinya mendera manusia manapun, kegelisahan bisa muncul akibat faktor penyebab yang berbeda–beda. Upaya mengidentifikasikan adanya berbagai macam kegelisahan atau kecemasan tidaklah semata–mata menjadi kapasitas dunia keilmuan, yang dalam konteks ini diwakili oleh pemikiran Freud, dokter Austria yang gema pengaruhnya mampu menembus disiplin–disiplin psikologi, psikiatri, sosiologi, antropologi, dan bahkan filsafat. Akan tetapi, dengan cara tutur yang berbeda, upaya identifikasi tersebut sudah dilakukan oleh seniman. Ini boleh jadi lantaran kegelisahan, boleh dibilang sebagai fenomena yang paling lengket dalam diri manusia.

Seniman memandang alam berbeda dengan pandangan seseorang yang bukan seniman. Kadang–kadang satu hal yang sepele menurut orang biasa, tetapi lewat garapan imajinasi seorang seniman menjadi lebih berarti. Namun demikian, satu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa setiap seniman adalah seorang pencari yang tak pernah menemukan. Dalam pencarian, ia gelisah mencari dan terus mencari. Ia mencari ke dalam alam fisik, terutama ke dalam alam rohani. Ia merambah waktu dan zaman dan ia membuka simpul–simpul kerahasiaan. Seperti manusia umumnya, seniman pun ditengah pencariannya selalu merasa gelisah. Merasa adanya ketidaktenangan  di tengah ketenangan yang dicarinya. Ini bisa dimengerti mengingat seniman bagaimanapun adalah bagian dari masyarakat yang juga memikirkan situasi masyarakat sekitarnya. Dalam dunia seni dan sastra, suatu kondisi objektif tidak hanya berpengaruh terhadap pesan–pesan yang ingin disampaikan seseorang melalui karya–karya seni dan sastranya. Akan tetapi lebih luas dari itu, bahkan kondisi–kondisi tertentu ikut berpengaruh terhadap proses kreativitas sang seniman.

Fenomen kegelisahan yang neurotik, sebagai buah dari gangguan kejiwaan, tidak jarang dialami, misalnya oleh mereka yang mengidap paranoia, suatu gejala kejiwaan yang senantiasa mendorong si penderita untuk gampang curiga, atau mereka – mereka yang mengidap phobia, suatu gejala ketakutan irrasional.

Sebagimana diketahui, setiap orang memiliki berbagai emosi, seperti misalnya iri, benci, marah, takut, cinta, rendah diri, dan lain sebagainya.  Sebenarnya, emosi penting bagi kemajuan manusia. Akan tetapi, apabila manusia tidak mampu membendung emosinya sendiri, tidak mampu mengendalikan emosinya sendiri, atau tidak ada keinginan untuk mengarahkan emosinya sendiri, justru bukan kemajuan yang akan menyebabkan timbulnya berbagai perasaan negatif seperti cemas, gelisah, khawatir,dan semacamnya.

Carlyle dalam buku on heroes, hero wor ship, and the heroic history membagi manusia menjadi dua kelompok. Yang pertama adalah para heroes, yaitu para pahlawan atau orang–orang besar. Dan yang kedua adalah orang–orang biasa. Hubungan kedua kelompok tersebut dengan kegelisahan ialah kelompok pertama adalah orang–orang yang diberi kelebihan oleh Tuhan untuk memimpin. Ada diantara mereka negarawan, seperti misalnya Napoleon, ada yang Nabi, seperti Muhammad SAW, dan ada pula yang intelektual, seperti misalnya Dante, Shakes Peare, dan beberapa filusuf lainnya. Mereka mempunyai kemampuan untuk membaca dunia dan mengetahui misteri kehidupan. Dengan adanya kemampuan inilah mereka gelisah. Mereka sendiri sering tidak tahu mengapa mereka gelisah. Mereka sering merasa hidupnya kosong dan tidak mempunyai arti. Mereka berusaha mengatur kehidupan orang lain untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Mereka berusaha untuk mengajarkan hakiki kebenaran kepada sesame manusia, dan mereka berusaha untuk menjabarkan misteri kehidupan yang tidak terlihat oleh orang lain, dan menumbuhkan suasana harmonis dari masing–masing ciri manusia yang bertentangan  dan saling menghancurkan. Disamping kegelisahan yang sudah disebut di atas, yaitu yang tidak diketahui sebabnya dan karena itu nampaknya tidak mempunyai dasar, dalam menjalankan tugas-tugas ini mereka juga ditimpa oleh kegelisahan lain, yaitu kegelisahan akan menemui kegagalan.

Kelompok kedua adalah orang–orang biasa, yang tidak mempunyai kemampuan seperti kelompok pertama. Mereka juga tidak terlepas dari kegelisahan, hanya saja kegelisahan mereka tidak sesyahdu kegelisahan pertama orang–orang besar. Dengan diberikan kesibukan, mungkin kegelisahan mereka akan hilang. Sebaliknya, pertama orang–orang besar mungkin tidak dapat dihapus dengan sekedar mencari kesibukan. Jiwa mereka pasti mencari–cari terus, sering tanpa mengetahui apa yang dicarinya.


B. Keterasingan
Keterasingan berasal dari kata terasing, asal kata dari kata dasar asing. Kata asing berarti sendiri, tidak dikenal orang, sehingga kata terasing berarti tersisihkan dari pergaulan, terpisahkan dari yang lain,atau terpencil. Jadi, keterasingan berarti hal-hal yang berkenaan dengan tersisihkan dari pergaulan, terpisah dari yang lain atau terpencil. Apapun makna yang kita lekatkan pada istilah keterasingan, yang jelas ia merupakan bagian dari hidup manusia. Sebagai bagian dari hidup manusia, sebagaimana juga kegelisahan, maka keterasingan pun memiliki sifat universal. Ini berarti bahwa keterasingan tidak pernah mengenal perbedaan manusia. Sebentar ataukah lama setiap orang akan pernah mengalami keterasingan ini, meskipun kadar atau penyebabnya berbeda-beda.

Ø Sebab – sebab keterasingan
Bila kita memperhatikan contoh (1) jelas bahwa Tahrir terasing karena mendapat hukuman. Mungkin setelah bebas dari Lembaga Pemasyarakatan, ia kurang dapat diterima oleh masyarakat. sedangkan pada contoh (2), Murni tidak mau bergaul lagi dengan kawan-kawannya, hidup menyendiri, karena malu atas perbuatannya yang melanggar moral. Jadi, sebab-sebab hidup terasing itu bersumber pada :
·         Perbuatan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat, antara lain mencuri, bersikap angkuh atau sombong.

Sikap dan perbuatan seseorang tidaklah mesti sesuai dengan aspirasi orang lain, lebih-lebih dalam masyarakat yang beragam seperti masyarakat kita ini, bilamana ketidaksesuaian ini berkembang bisa diduga akan timbul jarak antara orang satu dengan lainnya. Ketidaksesuaian ini bisa jadi timbul lantaran seseorang menampakkan sikap dan perbuatan yang di mata orang lain negatif  seperti misalnya sombong, menganggap dirinya lebih tinggi, angkuh, kaku, pemarah, dan semacamnya.
Sikap yang sejenis dengan angkuh atau sombong ialah sikap kaku, pemarah, dan suka berkelahi. Sikap seperti itu menjauhkan kawan dan mendekatkan lawan. Orang segan berkawan dengan orang yang bersikap seperti itu, sebab takut terjadi konflik batin atau konflik fisik.
·         Sikap rendah diri.

Sikap rendah diri menurut Alex Gunur adalah sikap kurang baik. Sikap ini menganggap atau merasa dirinya selalu atau tidak berharga, tidak atau kurang laku, tidak atau kurang mampu di hadapan orang lain. Sikap ini disebut juga sikap minder. Jadi, bukan orang lain yang menganggap dirinya rendah, tetapi justru dirinya sendiri, tetapi juga tidak baik bagi masyarakat. Sikap rendah diri disebabkan antara lain kemungkinan cacat fisik, status sosial-ekonominya, rendah pendidikannya, dan karena kesalahan perbuatannya.

a. Keterasingan karena cacat fisik
Cacat fisik tidak perlu membuat hidup terasing karena itu adalah kehendak Tuhan. Namun, seringkali manusia memiliki jalan pikiran yang berbeda. Erasa malu anak atau cucunya cacat fisik, maka disingkirkannya anak tersebut dari pergaulan ramai, hidup dalam keterasingan.

b. Keterasingan karena sosial-ekonomi
Ekonomi kuat atau lemah adalah anugerah Tuhan. Orang tidak boleh membanggakan kekayaan dan tidak boleh pula merasa rendah diri karena keadaan ekonomi yang minim. Namun dalam kenyataan lain keadaannya, orang-orang yang tergolong lemah ekonominya seringkali merasa rendah diri. Akibatnya orang-orang kaya sering membanggakan kekayaannya, meskipun tanpa disengaja.

c. Keterasingan karena rendah pendidikan
Banyak juga orang yang merasa rendah diri karena rendah pendidikannya dan tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang yang berpendidikan tinggi dan banyak pengalaman.

Dalam pergaulan orang-orang yang berpendidikan rendah dan kurang berpengalaman biasanya menyendiri, mengasingkan diri karena merasa sulit menempatkan diri. Ingin bertanya takut salah,juga takut ditanya, takut jawabannya tidak benar. Akibatnya ia menjauhkan diri dari pergaulan.

Akan tetapi, orang seperti itu masih lebih baik dari pada mereka yang berlagak pintar dan akhirnya menjadi bahan tertawaan.
1.    Lain halnya dengan Dodo, biarpun pendidikannya rendah, ia tidak perduli. Dalam pertemuan ia tanya sini tanya sana, sehingga tidak jarang membuat orang heran, sebab pertanyaan tidak dapat dimengerti sebaliknya bila ditanya lain pula jawabannya. Akhirnya ia kurang diperhatikan orang dan tersisihkan dari pergaulan.


d. Keterasingan karena perbuatannya
Orang terpaksa hidup dalam keterasingan karena merasa malu, dunia rasanya sempit, bila melihat orang, mukanya ditutupi. Itu semua akibat dari perbuatannya, yang tidak bisa diterima oleh masyarakat lingkungannya. Banyak perbuatan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat.

3. Takut kehilangan hak.

Jadi, bila kita renungkan, orang hidup dalam keterasingan karena takut kehilangan haknya. Seperti halnya Oyong yang merasa takut kehilangan hak nama baiknya. Ia merasa lebih dari orang lain, sehingga bila ada orang yang melebihinya, ia segera mengajaknya berkelahi. Demikian Marni, karena perbuatannya yang melanggar susila, ia takut kehilangan hak nama baiknya.

4. Kerinduan.
Kadang-kadang keterasingan disebabkan pula oleh rasa kerinduan yang begitu hebat baik terhadap keluarga, teman, suasana,atau bahkan terhadap suatu tempat. Adalah satu hal yang wajar apabila seseorang  yang berada jauh dari keluarga akan merasakan kerinduan yang begitu hebat terhadap keluarganya. Dalam kondisi yang demikian ini tidak heran kalau kemudian yang bersangkutan merasa terasing, kendatipun lingkungan sekitarnya mampu memenuhi kebutuhannya.

Ø Usaha-usaha untuk mengatasi keterasingan
Keterasingan biasanya terjadi karena sikap sombong, angkuh, pemarah, kaku, rendah diri, atau karena perbuatan yang melanggar norma hukum. Untuk mengatasi keterasingan ini diperlukan kesadaran yang tinggi. Orang bersikap demikian karena menganggap semua yang mereka lakukan adalah benar.
Lain halnya dengan orang yang rendah diri. Orang yang mempunyai sifat ini biasanya sadar akan kekurangannya. Untuk meningkatkan harga diri, ia harus banyak belajar dan bergaul. Pergaulan itu dilakukan sedikit demi sedikit dan terus meningkat, sehingga akhirnya menjadi biasa.


C. Kesepian
Kesepian berasal dari kata sepi, artinya sunyi, lengang, tidak ramai, tidak ada orang atau kendaraan, tidak banyak tamu, tidak banyak pembeli, tak ada apa-apa, dan sebagainya. Kesepian adalah keadaan sepi atau hal sepi.

Setiap orang pernah mengalami kesepian, karena kesepian merupakan bagian hidup manusia. Lama atau sebentar perasaan kesepian ini bergantung kepada mental orang dan kasus penyebabnya.

Ø Sebab-sebab terjadinya kesepian
Bermacam-macam penyebab terjadinya kesepian. Salah satunya adalah frustasi. Orang yang frustasi tidak mau diganggu,ia lebih senang dalam keadaan sepi, tidak suka bergaul, dan sebagainya. Ia lebih senang hidup sendiri.

D. Ketidakpastian
Ketidakpastian berasal dari kata tidak pasti artinya tidak menentu (pikirannya) atau mendua, atau apa yang dipikirkan tidak searah dan kemana tujuannya tidak jelas. Itu semua akibat pikirannya yang tidak dapat konsentrasi. Ketidakkonsentrasian itu disebabkan oleh  berbagai sebab, yang paling utama adalah kekacauan pikiran. Ketidakpastian atau ketidaktentuan adalah bagian hidup manusia. Setiap orang hidup pasti pernah mengalaminya. Bahkan anak kecil sekalipun pernah mengalaminya, misalnya, ketika anak kecil ditinggalkan ibunya, ia menangis kebingungan. Kebingungan itu menunjukan adanya ketidakpastian, seperti anak ayam yang kehilangan induknya.

Menurut Siti Meichati dalam bukunya Kesehatan Mental menerangkan beberapa penyebab seseorang tak dapat berpikir dengan pasti. Sebab-sebab itu ialah :

1. Obsesi
Obsesi merupakan gejala neurose jiwa, yaitu adanya pikiran atau perasaan tertentu yang terus-menerus, biasanya tentang hal-hal yang tak menyenangkan, atau penyebab lain yang tidak diketahui oleh penderita. Misalnya selalu berpikir ada orang yang ingin menjatuhkan dia.

2. Phobie
yaitu rasa ketakutan yang takterkendalikan atau tidak normal terhadap sesuatu hal atau kejadian, tanpa diketahui sebab-sebabnya.

3. Kompulasi
Ialah adanya keraguan yang sangat mengenai apa yang telah dikerjakannya, sehingga ada dorongan yang tidak disadari untuk selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang serupa berulang kali.

4. Histeria
Ialah neurose jiwa yang disebabkan oleh tekanan mental kekecewaan, pengalaman pahit yang menekan, kelemahan syaraf, tidak mampu menguasai diri, atau sugesti dari sikap orang lain.

5. Delusi
Menunjukan pikiran yang tidak beres, karena berdasarkan keyakinan palsu. Tidak dapat memakai akal sehat, tidak ada dasar kenyataan dan tidak sesuai dengan pengalaman.

Delusi ini ada tiga macam, yaitu :
·         Delusi persekusi : menganggap adanya keadaan yang jelek di sekitarnya. Akibatnya, banyak orang menjauhinya.
·         Delusi keagungan : menganggap dirinya orang penting dan besar. Orang seperti ini biasanya gila hormat dan menganggap orang di sekitarnya tidak penting. Akibatnya, semua orang menjauhinya. Jadi, hampir sama dengan delusi persekusi.
·         Delusi melancholis : merasa dirinya bersalah, hina dan berdosa. Hal ini dapat mengakibatkan buyutan atau dikenal dengan nama delirium tremens., hilangnya kesadaran dan menyebabbkan otot-otot tak terkuasai lagi. Ia kehilangan ingatannya sama sekali, mengalami tensi tinggi dan mengingat sesuatu yang belum pernah dialami..


6. Halusinasi
Khayalan yang terjadi tanpa rangsangan pancaindera. Seperti para prewangan (medium) dapat digolongkan pada pengalaman halusinasi. Dengan sugesti diri, orang dapat juga berhalusinasi. Halusinasi buatan, misalnya dapat dialami oleh orang yang mabuk atau pemakai obat bius. Kadang-kadang karena halusinasi, orang merasa mendapat tekanan-tekanan terhadap dorongan-dorongan itu menemukan sasarannya. Ini tampak pada perbuatan-perbuatan penderita (penderita itu dapat menyadari perbuatannya itu, tetapi tidak dapat menahan rangsangan khayalan sendiri).

7. Keadaan emosi
Dalam keadaan tertentu, seseorang sangat dipengaruhi oleh emosinya. Jika emosi telah menguasai keseluruhan pribadinya, ia akan mengalami gangguan nafsu makan, pusing-pusing, muka merah, nadi cepat, keringat, tekanan darah tinggi/lemah. Sikapnya bisa apatis atau bisa juga terlalu gembira dengan melampiaskan dalam gerakan-gerakan lari-larian, menyanyi, tertawa atau berbicara. Sikap ini dapat pula berupa kesedihan menekan, tidak bernafsu, tidak bersemangat, gelisah, resah, suka mengeluh, tidak mau berbicara, diam seribu bahasa, atau termenung menyendiri. Orang seperti ini tidak mungkin dapat berpikir dengan tenang dan baik.

Untuk mengatasi atau menghilangkan pikiran yang kacau itu perlu mencari penyebabnya. Andaikata telah diketahui penyebabnya, namun kekacauan pikiran tersebut tidak hilang, penderita perlu diajak ke psikolog.


E. Manusia dan Kegelisahan
Gelisah tergolong penyakit batin, istimewanya penyakit ini dapat menyerangsiapa saja, dari golongan apa, dan bangsa apapun. Bila dibandingkan dengan rasa takut, daerah operasinya lebih luas. Sebab orang yang pemberani, tak mungkin diserang oleh rasa takut. Atau orang yang mempunyai obat penangkal takut juga tidak akan dijamahnya. Umpama orang yang pernah mengerjakan perbuatan salah sudah pasti tidak akan takut untuk dituntut. Begitu pula seorang yang kaya, pasti tidak akan takut kelaparan, dan sebagainya. Tetapi walaupun benar, kaya, pandai, jujur, dan sebagainya pasti akan dilanda perasaan gelisah.

Penyakit hati yang satu ini berbeda dengan penyakit-penyakit yang ada di dalam tubuh kita. Sebab tiada kuman seperti penyakit biasa, obatnya pun tidak ada yang menjualnya. Kuman-kuman penyakit batin tak akan dapat dilihat dengan mikroskop, yang dapat melihat adalah hanya matahati orang bersangkutan. Jawaban yang paling tepat dengan penyakit yang satu ini adalah kita kembali kepada “iman”. Jelasnya bila iman seseorang itu tebal maka tidak akan kejangkitan penyakit atau perasaan gelisah. Sebab orang yang beriman kuat selalu ingat kepada Tuhan. Orang yang imannya kuat yakin benar bahwa apa yang akan terjadi atas dirinya itu sudah ada dalam suratan Tuhan. Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya : “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib. Tidak ada yang mengetahuinya selain Dia ; dan Dia mengetahui apa-apa yang ada di lautan ; dan tiada sehelai daun pun yang gugur, melainkan sepengetahuan Dia ; dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau kering, melainkan sudah tertulis dalam kitab yang nyata.” (Q.S. Al-An’am : 59). Disamping itu pula agar seseorang tidak menjadi gelisah, marilah kita selalu mengingat akan firman Allah yang tersirat dalam Al-Qur’an, surat Ar-Ra’d, ayat 28 yang artinya : “ketahuilah bahwa hanya dengan selalu mengingat Allah hati akan menjadi tenang tentram.”