Kegelisahan berasal
dari kata “gelisah”. Gelisah artinya rasa yang tidak tentram di hati atau
merasa selalu khawatir, tidak dapat tenang (tidurnya), tidak sabar lagi
(menanti), cemas dan sebagainya. Kegelisahan menggambarkan seseorang tidak
tentram hati maupun perbuatannya, artinya merasa gelisah, khawatir, cemas atau
takut dan jijik. Rasa gelisah ini sesuai dengan suatu pendapat yang menyatakan
bahwa manusia yang gelisah itu dihantui rasa khawatir atau takut.
Manusia suatu saat
dalam hidupnya akan mengalami kegelisahan. Kegelisahan ini, apabila cukup lama
hinggap pada manusia, akan menyebabkan suatu gagguan penyakit. Kegelisahan yang
cukup lama akan menghilangkan kemampuan untuk merasa bahagia.
Kegelisahan hanya
dapat diketahui dari gejala tingkahlaku atau gerak gerik seseorang dalam
situasi tertentu. Gejala gerak gerik atau tingkah laku itu umumnya lain dari
biasanya, misalnya berjalan mondar-mandir dalam ruang tertentu sambil
menundukkan kepala, duduk merenung sambil memegang kepala, duduk dengan wajah
murung,malas bicara, dan lain-lain.kegelisahan juga merupakan ekspresi dari
kecemasan. Masalah kecemasan atau kagalisahan berkaitan juga dengan masalah
frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami
frustasi karena apa yang diinginkan tidak tercapai.
Tragedi dunia
modern tidak sedikit dapat menyebabkan kegelisahan. Hal ini mungkin akibat
kebutuhan hidup yang meningkat, rasa individualistis dan egoisme, persaingan
dalam hidup, keadaan yang tidak stabil, dan seterusnya. Kegelisahan dalam
konteks budaya dapatlah dikatakan sebagai akibat adanya instink manusia untuk
berbudaya, yaitu sebagai upaya untuk mencari “kesempurnaan”. Atau, dari segi
batin manusia, gelisah sebagai akibat noda dosa pada hati manusia. Dan tidak
jarang akibat kegelisahan seseorang, sekaligus membuat orang lain menjadi
korbannya.
Penyebab
kegelisahan dapat pula dikatakan akibat mempunyai kemampuan untuk membaca dunia
dan mengetahui misteri hidup. Kehidupan ini yang menyebabkan mereka menjadi
gelisah. Mereka sendiri sering tidak tahu mengapa mereka gelisah, mereka
hidupnya kosong dan tidak mempunyai arti. Orang yang tidak mempunyai dasar
dalam menjalankan tugas (hidup), sering ditimpa kegelisahan. Kegelisahan yang
demikian sifatnya abstrak sehingga disebut kegelisahan murni, yaitu kegelisahan
murni tanpa mengetahui apa penyebabnya. Bentuk- bentuk kegelisahan manusia
berupa keterasingan, kesepian, ketidakpastian. Perasaan-perasaan semacam ini
silih berganti dengan kebahagiaan, kegembiraan dalam kehidupan manusia.
Tentang perasaan cemas ini, Sigmund Freud membedakannya menjadi tiga
macam, yaitu :
1) Kecemasan
obyektif (kenyataan), kegelisahan ini mirip dengan kegelisahan terapan dan
kegelisahan ini timbul akibat adanya pengaruh dari luar atau lingkungan sekitar.
Contoh :
Tini seorang ibu
muda, mempunyai anak berumur dua tahun, Tina namanya. Tina tumbuh sehat,
montok, lucu, lincah, dan sangat akrab dengan ibunya. Hampir seluruh waktu Tini
tercurahkan untuk Tina. Ia keluar kerja demi Tina, anak yang baru seorang itu.
Sekonyong-konyong Tina sakit ; muntah-muntah disertai buang air. Tini bingung,
anaknya segera dibawa kerumah sakit. Kata dokter, Tina harus dirawat di rumah
sakit dan tidak boleh ditunggui. Tina menangis terus, tetapi ibunya harus
meninggalkannya. Tini gelisah, cemas, khawatir, memikirkan nasib anaknya.
Pada contoh
tersebut jelas bagi kita, bahwa kecemasan yang diderita oleh ibu Tini adalah
karena adanya bahaya dari luar yang mengancam anaknya.
2) Kecemasan
neurotik (saraf). Kecemasan ini timbul akibat pengamatan tentang bahaya dari
naluriah. Menurut Sigmund freud kecemasan ini dibagi dalam tiga macam, yakni :
·
Kecemasan yang timbul akibat penyesuaian diri dengan lingkungan.
Kecemasan ini timbul karena orang itu takut akan bayangannya sendiri,
atau takut akan idenya sendiri, sehingga menekan dan menguasai ego.
Contoh :
Ujang anak
laki-laki berumur 10 tahun, duduk di kelas 4 SD. Pada suatu hari ia diberi tahu
ayahnya bahwa bulan depan ayahnya pindah ke kota lain. Mereka sekeluarga harus
pindah. Sudah tentu ia harus ikut. Jadi, ia harus pindah sekolah ke kota tempat
ayahnya bertugas. Ibunya tampak gelisah, karena ia telah merasa betah
tinggal di tempat itu berkat adanya seorang ibu yang aktif mengumpulkan dan
memajukan ibu-ibu. Lebih-lebih Ujang, karena baik di kampung maupun di
sekolah ia memiliki banyak kawan. Ia takut kalau di tempat baru kelak ia tidak
merasa betah. Namun bila tidak ikut pindah, ia akan ikut siapa?. Bila ikut
pindah, bagaimana suasana di tempat baru nanti?. Ia takut pada
bayangannya sendiri.
·
Rasa takut irasional atau fobia. Rasa takut ini mudah menular
sehingga kadang-kadang tanpa alasan dan hanya karena pandangan saja, yang
kemudia dilanjutkan dengan khayalan yang kuat dan dapat menimbulkan rasa takut.
·
Rasa takut lain seperti rasa gugup, gagap, dan sebagainya.
3) Kecemasan moral
Tiap pribadi
memiliki bermacam-macam emosi, antara lain : iri, benci, dendam, dengki,
marah,takut, gelisah, cinta, rasa kurang (inferiot).
Sifat seperti rasa
iri, benci, dengki, dendam dan sebagainya adalah sifat yang tidak terpuji baik
diantara sesama manusia, maupun dihadapan Tuhan. Dengan adanya sifat itu,
seseorang akan merasa khawatir, takut, cemas, gelisah, dan putus asa.
Setiap orang
memiliki emosi, dan emosi penting bagi kemajuan. Namun, emosi tidak terbendung
akan menyebabkan perasaan–perasaan cemas, gelisah, khawatir, benci dan perasaan
negatif lainnya. Perasaan itu demikian hebatnya, sehingga dapat mendesak dan
mengusir pikiran-pikiran tenang, tentram, segar, dan damai.
·
Sebab – sebab orang gelisah
Bila dikaji,
sebab–sebab orang gelisah adalah karena pada hakikatnya orang takut kehilangan
hak–haknya. Hal itu adalah akibat dari suatu ancaman, baik ancaman dari luar
maupun dari dalam.
·
Usaha – usaha mengatasi kegelisahan
Dalam mengatasi
kegelisahan diperlukan nilai-nilai agama seperti bersifat qana’ah (berpikir
positif). pertama–tama harus dimulai dari diri sendiri, yaitu bersikap
tenang. Dengan bersikap tenang, sehingga ketidaksabaran atau kecemasnnya dapat
dikurangi dengan berdo’a kepada Tuhan serta berusaha keras untuk mengatasi hal
yang membuatnya menjadi gelisah dan mungkin segala kesulitan dapat diatasi.
Hanya dengan cara
mendekatkan diri kepada Tuhan dan memasrahkan diri kepada Tuhan, maka hati
gelisah manusia akan hilang. Mendekatkan diri bukan hanya dengan cara melalui
hubungan vertikal dengan Tuhan, tetapi juga melalui hubungan horizontal dengan
sesama manusia sebagaimana yang diperitahkan oleh Tuhan.
·
Kegelisahan Apa dan Mengapa?
Secara lentur,
kegelisahan dapat dikatakan sebagai rasa tidak tentram, rasa selalu khawatir,
rasa tidak tenang, rasa tidak sabar, cemas, dan semacamnya. Yang jelas
kegelisahan berkaitan dengan rasa yang berkembang dalam diri manusia.
Sebagai fenomen
universal, artinya mendera manusia manapun, kegelisahan bisa muncul akibat
faktor penyebab yang berbeda–beda. Upaya mengidentifikasikan adanya berbagai
macam kegelisahan atau kecemasan tidaklah semata–mata menjadi kapasitas dunia
keilmuan, yang dalam konteks ini diwakili oleh pemikiran Freud, dokter Austria
yang gema pengaruhnya mampu menembus disiplin–disiplin psikologi, psikiatri,
sosiologi, antropologi, dan bahkan filsafat. Akan tetapi, dengan cara tutur
yang berbeda, upaya identifikasi tersebut sudah dilakukan oleh seniman. Ini
boleh jadi lantaran kegelisahan, boleh dibilang sebagai fenomena yang paling lengket
dalam diri manusia.
Seniman memandang
alam berbeda dengan pandangan seseorang yang bukan seniman. Kadang–kadang satu
hal yang sepele menurut orang biasa, tetapi lewat garapan imajinasi seorang
seniman menjadi lebih berarti. Namun demikian, satu hal yang tidak bisa
dipungkiri bahwa setiap seniman adalah seorang pencari yang tak pernah
menemukan. Dalam pencarian, ia gelisah mencari dan terus mencari. Ia mencari ke
dalam alam fisik, terutama ke dalam alam rohani. Ia merambah waktu dan zaman
dan ia membuka simpul–simpul kerahasiaan. Seperti manusia umumnya, seniman pun
ditengah pencariannya selalu merasa gelisah. Merasa adanya ketidaktenangan
di tengah ketenangan yang dicarinya. Ini bisa dimengerti mengingat
seniman bagaimanapun adalah bagian dari masyarakat yang juga memikirkan situasi
masyarakat sekitarnya. Dalam dunia seni dan sastra, suatu kondisi objektif
tidak hanya berpengaruh terhadap pesan–pesan yang ingin disampaikan seseorang
melalui karya–karya seni dan sastranya. Akan tetapi lebih luas dari itu, bahkan
kondisi–kondisi tertentu ikut berpengaruh terhadap proses kreativitas sang
seniman.
Fenomen kegelisahan
yang neurotik, sebagai buah dari gangguan kejiwaan, tidak jarang dialami,
misalnya oleh mereka yang mengidap paranoia, suatu gejala kejiwaan yang
senantiasa mendorong si penderita untuk gampang curiga, atau mereka – mereka
yang mengidap phobia, suatu gejala ketakutan irrasional.
Sebagimana
diketahui, setiap orang memiliki berbagai emosi, seperti misalnya iri, benci,
marah, takut, cinta, rendah diri, dan lain sebagainya. Sebenarnya, emosi
penting bagi kemajuan manusia. Akan tetapi, apabila manusia tidak mampu
membendung emosinya sendiri, tidak mampu mengendalikan emosinya sendiri, atau
tidak ada keinginan untuk mengarahkan emosinya sendiri, justru bukan kemajuan
yang akan menyebabkan timbulnya berbagai perasaan negatif seperti cemas,
gelisah, khawatir,dan semacamnya.
Carlyle dalam buku
on heroes, hero wor ship, and the heroic history membagi manusia menjadi dua
kelompok. Yang pertama adalah para heroes, yaitu para pahlawan atau orang–orang
besar. Dan yang kedua adalah orang–orang biasa. Hubungan kedua kelompok
tersebut dengan kegelisahan ialah kelompok pertama adalah orang–orang yang
diberi kelebihan oleh Tuhan untuk memimpin. Ada diantara mereka negarawan,
seperti misalnya Napoleon, ada yang Nabi, seperti Muhammad SAW, dan ada pula
yang intelektual, seperti misalnya Dante, Shakes Peare, dan beberapa filusuf
lainnya. Mereka mempunyai kemampuan untuk membaca dunia dan mengetahui misteri
kehidupan. Dengan adanya kemampuan inilah mereka gelisah. Mereka sendiri sering
tidak tahu mengapa mereka gelisah. Mereka sering merasa hidupnya kosong dan
tidak mempunyai arti. Mereka berusaha mengatur kehidupan orang lain untuk
mencapai kehidupan yang lebih baik. Mereka berusaha untuk mengajarkan hakiki
kebenaran kepada sesame manusia, dan mereka berusaha untuk menjabarkan misteri
kehidupan yang tidak terlihat oleh orang lain, dan menumbuhkan suasana harmonis
dari masing–masing ciri manusia yang bertentangan dan saling menghancurkan.
Disamping kegelisahan yang sudah disebut di atas, yaitu yang tidak diketahui
sebabnya dan karena itu nampaknya tidak mempunyai dasar, dalam menjalankan
tugas-tugas ini mereka juga ditimpa oleh kegelisahan lain, yaitu kegelisahan
akan menemui kegagalan.
Kelompok kedua
adalah orang–orang biasa, yang tidak mempunyai kemampuan seperti kelompok
pertama. Mereka juga tidak terlepas dari kegelisahan, hanya saja kegelisahan
mereka tidak sesyahdu kegelisahan pertama orang–orang besar. Dengan diberikan
kesibukan, mungkin kegelisahan mereka akan hilang. Sebaliknya, pertama
orang–orang besar mungkin tidak dapat dihapus dengan sekedar mencari kesibukan.
Jiwa mereka pasti mencari–cari terus, sering tanpa mengetahui apa yang
dicarinya.
B. Keterasingan
Keterasingan berasal
dari kata terasing, asal kata dari kata dasar asing. Kata asing berarti
sendiri, tidak dikenal orang, sehingga kata terasing berarti tersisihkan dari
pergaulan, terpisahkan dari yang lain,atau terpencil. Jadi, keterasingan
berarti hal-hal yang berkenaan dengan tersisihkan dari pergaulan, terpisah dari
yang lain atau terpencil. Apapun makna yang kita lekatkan pada istilah
keterasingan, yang jelas ia merupakan bagian dari hidup manusia. Sebagai bagian
dari hidup manusia, sebagaimana juga kegelisahan, maka keterasingan pun
memiliki sifat universal. Ini berarti bahwa keterasingan tidak pernah mengenal
perbedaan manusia. Sebentar ataukah lama setiap orang akan pernah mengalami
keterasingan ini, meskipun kadar atau penyebabnya berbeda-beda.
Ø Sebab – sebab
keterasingan
Bila kita
memperhatikan contoh (1) jelas bahwa Tahrir terasing karena mendapat hukuman.
Mungkin setelah bebas dari Lembaga Pemasyarakatan, ia kurang dapat diterima
oleh masyarakat. sedangkan pada contoh (2), Murni tidak mau bergaul lagi dengan
kawan-kawannya, hidup menyendiri, karena malu atas perbuatannya yang melanggar
moral. Jadi, sebab-sebab hidup terasing itu bersumber pada :
·
Perbuatan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat, antara lain
mencuri, bersikap angkuh atau sombong.
Sikap dan perbuatan
seseorang tidaklah mesti sesuai dengan aspirasi orang lain, lebih-lebih dalam
masyarakat yang beragam seperti masyarakat kita ini, bilamana ketidaksesuaian
ini berkembang bisa diduga akan timbul jarak antara orang satu dengan lainnya.
Ketidaksesuaian ini bisa jadi timbul lantaran seseorang menampakkan sikap dan
perbuatan yang di mata orang lain negatif seperti misalnya sombong,
menganggap dirinya lebih tinggi, angkuh, kaku, pemarah, dan semacamnya.
Sikap yang sejenis
dengan angkuh atau sombong ialah sikap kaku, pemarah, dan suka berkelahi. Sikap
seperti itu menjauhkan kawan dan mendekatkan lawan. Orang segan berkawan dengan
orang yang bersikap seperti itu, sebab takut terjadi konflik batin atau konflik
fisik.
·
Sikap rendah diri.
Sikap rendah diri
menurut Alex Gunur adalah sikap kurang baik. Sikap ini menganggap atau merasa
dirinya selalu atau tidak berharga, tidak atau kurang laku, tidak atau kurang
mampu di hadapan orang lain. Sikap ini disebut juga sikap minder. Jadi, bukan
orang lain yang menganggap dirinya rendah, tetapi justru dirinya sendiri,
tetapi juga tidak baik bagi masyarakat. Sikap rendah diri disebabkan antara
lain kemungkinan cacat fisik, status sosial-ekonominya, rendah pendidikannya,
dan karena kesalahan perbuatannya.
a. Keterasingan
karena cacat fisik
Cacat fisik tidak
perlu membuat hidup terasing karena itu adalah kehendak Tuhan. Namun,
seringkali manusia memiliki jalan pikiran yang berbeda. Erasa malu anak atau
cucunya cacat fisik, maka disingkirkannya anak tersebut dari pergaulan ramai,
hidup dalam keterasingan.
b. Keterasingan
karena sosial-ekonomi
Ekonomi kuat atau
lemah adalah anugerah Tuhan. Orang tidak boleh membanggakan kekayaan dan tidak
boleh pula merasa rendah diri karena keadaan ekonomi yang minim. Namun dalam
kenyataan lain keadaannya, orang-orang yang tergolong lemah ekonominya
seringkali merasa rendah diri. Akibatnya orang-orang kaya sering membanggakan
kekayaannya, meskipun tanpa disengaja.
c. Keterasingan
karena rendah pendidikan
Banyak juga orang
yang merasa rendah diri karena rendah pendidikannya dan tidak dapat mengikuti
jalan pikiran orang yang berpendidikan tinggi dan banyak pengalaman.
Dalam pergaulan
orang-orang yang berpendidikan rendah dan kurang berpengalaman biasanya
menyendiri, mengasingkan diri karena merasa sulit menempatkan diri. Ingin
bertanya takut salah,juga takut ditanya, takut jawabannya tidak benar.
Akibatnya ia menjauhkan diri dari pergaulan.
Akan tetapi, orang
seperti itu masih lebih baik dari pada mereka yang berlagak pintar dan akhirnya
menjadi bahan tertawaan.
1.
Lain halnya dengan Dodo, biarpun pendidikannya rendah, ia tidak
perduli. Dalam pertemuan ia tanya sini tanya sana, sehingga tidak jarang
membuat orang heran, sebab pertanyaan tidak dapat dimengerti sebaliknya bila
ditanya lain pula jawabannya. Akhirnya ia kurang diperhatikan orang dan
tersisihkan dari pergaulan.
d. Keterasingan
karena perbuatannya
Orang terpaksa
hidup dalam keterasingan karena merasa malu, dunia rasanya sempit, bila melihat
orang, mukanya ditutupi. Itu semua akibat dari perbuatannya, yang tidak bisa
diterima oleh masyarakat lingkungannya. Banyak perbuatan yang tidak dapat
diterima oleh masyarakat.
3. Takut kehilangan
hak.
Jadi, bila kita renungkan,
orang hidup dalam keterasingan karena takut kehilangan haknya. Seperti halnya
Oyong yang merasa takut kehilangan hak nama baiknya. Ia merasa lebih dari orang
lain, sehingga bila ada orang yang melebihinya, ia segera mengajaknya
berkelahi. Demikian Marni, karena perbuatannya yang melanggar susila, ia takut
kehilangan hak nama baiknya.
4. Kerinduan.
Kadang-kadang
keterasingan disebabkan pula oleh rasa kerinduan yang begitu hebat baik
terhadap keluarga, teman, suasana,atau bahkan terhadap suatu tempat. Adalah
satu hal yang wajar apabila seseorang yang berada jauh dari keluarga akan
merasakan kerinduan yang begitu hebat terhadap keluarganya. Dalam kondisi yang
demikian ini tidak heran kalau kemudian yang bersangkutan merasa terasing,
kendatipun lingkungan sekitarnya mampu memenuhi kebutuhannya.
Ø Usaha-usaha untuk
mengatasi keterasingan
Keterasingan
biasanya terjadi karena sikap sombong, angkuh, pemarah, kaku, rendah diri, atau
karena perbuatan yang melanggar norma hukum. Untuk mengatasi keterasingan ini
diperlukan kesadaran yang tinggi. Orang bersikap demikian karena menganggap
semua yang mereka lakukan adalah benar.
Lain halnya dengan
orang yang rendah diri. Orang yang mempunyai sifat ini biasanya sadar akan
kekurangannya. Untuk meningkatkan harga diri, ia harus banyak belajar dan
bergaul. Pergaulan itu dilakukan sedikit demi sedikit dan terus meningkat,
sehingga akhirnya menjadi biasa.
C. Kesepian
Kesepian berasal
dari kata sepi, artinya sunyi, lengang, tidak ramai, tidak ada orang atau
kendaraan, tidak banyak tamu, tidak banyak pembeli, tak ada apa-apa, dan
sebagainya. Kesepian adalah keadaan sepi atau hal sepi.
Setiap orang pernah
mengalami kesepian, karena kesepian merupakan bagian hidup manusia. Lama atau
sebentar perasaan kesepian ini bergantung kepada mental orang dan kasus
penyebabnya.
Ø Sebab-sebab
terjadinya kesepian
Bermacam-macam
penyebab terjadinya kesepian. Salah satunya adalah frustasi. Orang yang
frustasi tidak mau diganggu,ia lebih senang dalam keadaan sepi, tidak suka
bergaul, dan sebagainya. Ia lebih senang hidup sendiri.
D. Ketidakpastian
Ketidakpastian
berasal dari kata tidak pasti artinya tidak menentu (pikirannya) atau mendua,
atau apa yang dipikirkan tidak searah dan kemana tujuannya tidak jelas. Itu
semua akibat pikirannya yang tidak dapat konsentrasi. Ketidakkonsentrasian itu
disebabkan oleh berbagai sebab, yang paling utama adalah kekacauan
pikiran. Ketidakpastian atau ketidaktentuan adalah bagian hidup manusia. Setiap
orang hidup pasti pernah mengalaminya. Bahkan anak kecil sekalipun pernah
mengalaminya, misalnya, ketika anak kecil ditinggalkan ibunya, ia menangis
kebingungan. Kebingungan itu menunjukan adanya ketidakpastian, seperti anak
ayam yang kehilangan induknya.
Menurut Siti
Meichati dalam bukunya Kesehatan Mental menerangkan beberapa penyebab seseorang
tak dapat berpikir dengan pasti. Sebab-sebab itu ialah :
1. Obsesi
Obsesi merupakan
gejala neurose jiwa, yaitu adanya pikiran atau perasaan tertentu yang
terus-menerus, biasanya tentang hal-hal yang tak menyenangkan, atau penyebab
lain yang tidak diketahui oleh penderita. Misalnya selalu berpikir ada orang
yang ingin menjatuhkan dia.
2. Phobie
yaitu rasa
ketakutan yang takterkendalikan atau tidak normal terhadap sesuatu hal atau
kejadian, tanpa diketahui sebab-sebabnya.
3. Kompulasi
Ialah adanya
keraguan yang sangat mengenai apa yang telah dikerjakannya, sehingga ada
dorongan yang tidak disadari untuk selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang
serupa berulang kali.
4. Histeria
Ialah neurose jiwa
yang disebabkan oleh tekanan mental kekecewaan, pengalaman pahit yang menekan,
kelemahan syaraf, tidak mampu menguasai diri, atau sugesti dari sikap orang
lain.
5. Delusi
Menunjukan pikiran
yang tidak beres, karena berdasarkan keyakinan palsu. Tidak dapat memakai akal
sehat, tidak ada dasar kenyataan dan tidak sesuai dengan pengalaman.
Delusi ini ada tiga
macam, yaitu :
·
Delusi persekusi : menganggap adanya keadaan yang jelek di
sekitarnya. Akibatnya, banyak orang menjauhinya.
·
Delusi keagungan : menganggap dirinya orang penting dan besar.
Orang seperti ini biasanya gila hormat dan menganggap orang di sekitarnya tidak
penting. Akibatnya, semua orang menjauhinya. Jadi, hampir sama dengan delusi
persekusi.
·
Delusi melancholis : merasa dirinya bersalah, hina dan berdosa.
Hal ini dapat mengakibatkan buyutan atau dikenal dengan nama delirium tremens.,
hilangnya kesadaran dan menyebabbkan otot-otot tak terkuasai lagi. Ia
kehilangan ingatannya sama sekali, mengalami tensi tinggi dan mengingat sesuatu
yang belum pernah dialami..
6. Halusinasi
Khayalan yang
terjadi tanpa rangsangan pancaindera. Seperti para prewangan (medium) dapat
digolongkan pada pengalaman halusinasi. Dengan sugesti diri, orang dapat juga
berhalusinasi. Halusinasi buatan, misalnya dapat dialami oleh orang yang mabuk
atau pemakai obat bius. Kadang-kadang karena halusinasi, orang merasa mendapat
tekanan-tekanan terhadap dorongan-dorongan itu menemukan sasarannya. Ini tampak
pada perbuatan-perbuatan penderita (penderita itu dapat menyadari perbuatannya
itu, tetapi tidak dapat menahan rangsangan khayalan sendiri).
7. Keadaan emosi
Dalam keadaan
tertentu, seseorang sangat dipengaruhi oleh emosinya. Jika emosi telah
menguasai keseluruhan pribadinya, ia akan mengalami gangguan nafsu makan,
pusing-pusing, muka merah, nadi cepat, keringat, tekanan darah tinggi/lemah.
Sikapnya bisa apatis atau bisa juga terlalu gembira dengan melampiaskan dalam
gerakan-gerakan lari-larian, menyanyi, tertawa atau berbicara. Sikap ini dapat
pula berupa kesedihan menekan, tidak bernafsu, tidak bersemangat, gelisah,
resah, suka mengeluh, tidak mau berbicara, diam seribu bahasa, atau termenung
menyendiri. Orang seperti ini tidak mungkin dapat berpikir dengan tenang dan
baik.
Untuk mengatasi
atau menghilangkan pikiran yang kacau itu perlu mencari penyebabnya. Andaikata
telah diketahui penyebabnya, namun kekacauan pikiran tersebut tidak hilang,
penderita perlu diajak ke psikolog.
E. Manusia dan
Kegelisahan
Gelisah tergolong
penyakit batin, istimewanya penyakit ini dapat menyerangsiapa saja, dari
golongan apa, dan bangsa apapun. Bila dibandingkan dengan rasa takut, daerah
operasinya lebih luas. Sebab orang yang pemberani, tak mungkin diserang oleh
rasa takut. Atau orang yang mempunyai obat penangkal takut juga tidak akan
dijamahnya. Umpama orang yang pernah mengerjakan perbuatan salah sudah pasti
tidak akan takut untuk dituntut. Begitu pula seorang yang kaya, pasti tidak
akan takut kelaparan, dan sebagainya. Tetapi walaupun benar, kaya, pandai,
jujur, dan sebagainya pasti akan dilanda perasaan gelisah.
Penyakit hati yang
satu ini berbeda dengan penyakit-penyakit yang ada di dalam tubuh kita. Sebab
tiada kuman seperti penyakit biasa, obatnya pun tidak ada yang menjualnya.
Kuman-kuman penyakit batin tak akan dapat dilihat dengan mikroskop, yang dapat
melihat adalah hanya matahati orang bersangkutan. Jawaban yang paling tepat
dengan penyakit yang satu ini adalah kita kembali kepada “iman”. Jelasnya bila
iman seseorang itu tebal maka tidak akan kejangkitan penyakit atau perasaan
gelisah. Sebab orang yang beriman kuat selalu ingat kepada Tuhan. Orang yang
imannya kuat yakin benar bahwa apa yang akan terjadi atas dirinya itu sudah ada
dalam suratan Tuhan. Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya : “Dan pada sisi
Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib. Tidak ada yang mengetahuinya selain Dia
; dan Dia mengetahui apa-apa yang ada di lautan ; dan tiada sehelai daun pun
yang gugur, melainkan sepengetahuan Dia ; dan tidak jatuh sebutir biji pun
dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau kering, melainkan sudah
tertulis dalam kitab yang nyata.” (Q.S. Al-An’am : 59). Disamping itu pula agar
seseorang tidak menjadi gelisah, marilah kita selalu mengingat akan firman
Allah yang tersirat dalam Al-Qur’an, surat Ar-Ra’d, ayat 28 yang artinya :
“ketahuilah bahwa hanya dengan selalu mengingat Allah hati akan menjadi tenang
tentram.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar